"...sama-sama menarik kalau sama-sama dibayar, hehe....", Jawaban renyah Mas Rudi ketika ditanya enak berprofesi sebagai blogger apa Editor?
Pada tanggal 25 Mei 24 lalu, ada event special dari Cak Kaji Jatim. Ngobrolin seputar profesi editor langsung dari praktisinya. Pasalnya, Mas Rudi pernah menjalani profesi sebagai editor sebelum menyandang status blogger kawakan saat ini. Ah, layaklah jika tulisan pemilik blog belelangcerewet ini selalu memikat hati. Rupanya seorang editor handal uey!
Yups, jadi bagaimana sih prof!esi editor itu?Â
Apakah Gen Z bakal tertarik gak ya dg gaji yag dihitungnya per halaman buku? Â Ehm, cuss simak ulasanku di bawah ini ya!
Tentang Editor POV Mas Rudi
"...iya pernah  komplain oleh penulis, karena dianggap tidak mengubah tulisannya,"  tutur Mas Rudi ketika menceritakan salah satu pengalaman berkesan ketika jadi editor. Ia menjelaskan bahwa tugas editor tidak selalu mencari kesalahan. Dengan kata lain, sepanjang isi naskah buku sudah aman, menarik, maka editor gak perlu cari-cari kesalahan.Â
Persepsi salah kaprah yang selama ini adalah tugas editor adalah mencari letak salah buku yang edit. Padahal, jika naskah sudah dianggap baik maka editor tidak perlu melakukan penambahan maupun koreksi pada naskah tersebut. Menariknya lagi, ternyata editor itu ada dua jenis berdasarkan perannya.Â
Ada  editor yang bertugas menyunting naskah dari sisi konteks dan materinya, merencanakan buku terbit mulai dari pemilihan naskah mana yang layak terbit dan memutuskannya. Nah, editor dengan peran tersebut disebut editor akuisisi. Akan tetapi, umumnya hanya editor aja tanpa akuisisi.Â
Sedangkan jenis editor lainnya yakni kopieditor. Tugas kopieditor adalah memeriksa ketepatan ejaan, tata bahasa, dan struktur kalimat agar naskah menjadi buku yang ramah untuk pembacanya. Biasanya, kopieditor mendapat arahan yang disesuaikan dengan kebutuhan kala itu.Â
Gak banyak yang tahu bahwa pekerjaan editor kebanyakan saat ini memerankan dua tugas sekaligus di atas. Yups, begitulah fakta di lapangan pada umumnya. Bahkan, ada pula editor yang sengaja mempertahankan kearifan lokal atau viral agar bisa membangun pemahaman yang kuat pada pembaca.Â