Mohon tunggu...
Lana Hamimatul Auliyah
Lana Hamimatul Auliyah Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswi

Sedang belajar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Inilah Penyebab Orang Tua Tidak Kenali Karakter Anak

1 Mei 2018   16:37 Diperbarui: 1 Mei 2018   16:48 647
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Doni selalu berada dibawah bayang-bayang ketiga kakaknya, karena posisinya sebagai anak bungsu. Laura, Brian, dan Cinta selalu mem-bullynya. Mereka semua tidak mengerti bagaimana perasaan Doni setiap kali dia di-bully. Mereka juga tidak pernah tau bahwa Doni adalah tipikal seorang anak yang sensitif dan mudah tersinggung.

Menjauhi keempat kakaknya adalah cara yang dipilih oleh Doni. Dia lebih suka menyendiri. Dan jalan terbaik untuk melakukannya adalah dengan menutup diri. Meskipun begitu, Doni tetap memiliki rasa peduli kepada ketiga kakak yang selalu mem-bullynya itu. Dengan caranya sendiri dia melakukan perbuatan baik kepada keluarga dan orang-orang yang dicintainya. Cara yang dimiliki Doni untuk menyayangi mereka.

Ibunya yang melihat sikap Doni seperti itu pun menjadi salah paham. Ibunya mengira jika Doni melakukan semua itu karena membenci kakak-kakaknya. Yang lebih parahnya Laura si anak sulung, menuduhnya egois dan keras hati. Dan ibunya membenarkan semua pernyataan kakaknya itu.

Mendengar semua itu, Doni merasa sakit hati. Dia sedih dan marah. Doni tidak terima dikatakan egois dan keras hati. Doni juga kecewa, ternyata orang tua dan keluarganya tidak ada yang mengenal dirinya dengan sepenuhnya. Ibunya yang seharusnya menjadi orang tua terdekatnya pun dengan mudah percaya saat kakak tertuanya mengatakan bahwa dirinya egois. 

Doni merasa bahwa dirinya selama ini tidak diinginkan, tidak berguna, dan tidak dihargai. Orang tuanya selama ini terlalu sibuk untuk mengenal dan memahami ketiga kakaknya. Sementara dia sebagai anak bungsu tidak dikenali oleh mereka sama sekali.

Kasus di atas merupakan kasus yang cukup kompleks dan sering terjadi di sekitar kita. Seorang anak yang di-bully oleh saudara-saudaranya, seorang ibu yang tidak membenarkan sikap anaknya saat salah satu anaknya menuduh saudaranya sendiri memiliki sifat yang buruk, dan orang tua yang tidak mampu mengenali karakter anaknya dengan baik.

Orang tua yang mempunyai ikatan biologis dan hidup bersama pun tidak mampu menjamin bisa mengenal karakter anaknya dengan sepenuhnya, bahkan seringkali mereka juga tidak mengerti akan kondisi emosi sang anak. Sikap otoriter yang dimiliki membuat orang tua kerap kali tidak memahami dan meremehkan perasaan sang anak.

Sebagai orang tua, anda tidak bisa memaksakan anak anda untuk memiliki karakter yang sesuai dengan yang anda inginkan, karena setiap anak itu terlahir dengan karakter yang unik dan khas. Ada anak yang angkuh tapi perhatian, ada anak yang suka berbuat baik tapi sensitive, ada anak yang lemah lembut tapi mudah tersinggung, ada juga anak yang dari luarnya periang dan kuat tapi ternyata dia sebenarnya rapuh dan tidak bahagia.

Bisa saja dibalik senyuman itu dia menyembunyikan rasa sakit, atau eccedentesiast. Anak yang sebenarnya sangat tertutup dan sensitive tapi terlihat ekstrovert dan supel. Anak yang dipandang egois dan keras hati, ternyata justru paling lembut dan baik hati di antara saudara-saudaranya. Dari luar si anak terkesan arogan dan pemarah, tapi sebenarnya dia anak yang penolong dan solid.

Apa yang kita lihat dan tampak dari luar, belum tentu itu benar. Untuk melihat sifat anak yang sesungguhnya dibutuhkan pemikiran yang luas dari orang tua. Orang tua akan kesulitan mengenali kepribadian anak mereka jika orang tua memiliki pikiran yang sempit.

Selain itu, yang menjadi faktor lainnya adalah sikap pilih kasih. Orang tua yang terlalu sibuk mengenali satu anak dan mengabaikan anak yang lainnya, mereka tidak akan tahu bagaimana cara menghadapi sikap anak yang lainnya itu. Sehingga mereka pun akan memperlakukan semua anak mereka dengan sama karena menganggap sifat yang dimiliki adalah sama.

Penyebab yang sering terjadi lainnya yaitu terlalu fokus memikirkan karier. Banyak orang tua yang beranggapan bahwa kebutuhan finansial anak adalah yang terpenting. Waktu yang seharusnya dihabiskan untuk mengenal dan memahami anak pun banyak terbuang hanya untuk kepentingan karier. Padahal untuk mengenali kepribadian anak, dibutuhkan quality time sesering mungkin bersama mereka.

Orang tua merasa sudah mengenal anak mereka dan bersikap adil merupakan suatu hal yang wajar. Namun, pasti akan ada suatu momen yang membuat seorang anak merasa bahwa orang tuanya tidak adil dan tidak mengenal dirinya sepenuhnya. Bahkan seringkali orang tua menerima begitu saja pernyataan tentang sifat buruk anak mereka yang sesungguhnya semua itu tidak benar. Lalu bagaimana cara menyikapi semua itu??

Lebih Banyak Meluangkan Waktu Bersama Anak

Bagaimana ingin mengenali anak, jika waktu saja orang tua tidak punya?

Orang tua yang tidak memiliki waktu untuk anak, tidak akan bisa mengenal anaknya dengan baik. Sesibuk apapun anda sebagai orang tua, sisihkan waktu anda untuk anak. Tetap jadikan anak anda sebagai prioritas utama di tengah segala kesibukan apapun. Dengan begitu, anak anda tidak akan merasa di nomer duakan ataupun dibeda-bedakan. Andapun dapat lebih mudah untuk mengenal sang anak.

Jangan Mengabaikan Perasaan Anak

Jangan hanya diam saja saat anak marah, sedih, tersinggung, ataupun kecewa. Orang tua seringkali beranggapan bahwa semua emosi anak yang negative itu bisa reda dengan sendirinya, padahal dengan anggapan orang tua yang seperti itu justru membuat anak akan semakin terluka. Anak akan merasa bahwa orang tua tidak menyayangi dan tidak mengerti mereka. Untuk itu orang tua bertugas untuk medampingi, mendekati, dan meredakan emosi sang anak.

Membenarkan, Tidak Hanya Menerima Tuduhan

Anak yang memiliki saudara kerap kali rentan mengalami konflik, baik konflik fisik maupun konflik batin. Saat itulah saudara si anak berkesempatan untuk melayangkan tuduhan yang bermacam-macam. Dan sebagai orang tua, anda tidak boleh hanya menerima tuduhan itu tetapi anda juga harus membenarkan dan meluruskan tuduhan itu.

Jika tidak ada bukti atau fakta yang membenarkan tuduhan itu, jangan menelan tuduhan itu begitu saja. Dengarkan persepsi dari semua anak, jangan hanya mendengarkan persepsi satu anak saja. Dengan berpihak pada satu anak akan membuat konflik antarsaudara itu menjadi berat sebelah. Setiap anak mempunyai kesempatan untuk membela dirinya. Dan setiap anak juga mempunyai alasan kuat untuk mempertahankan dirinya. Sebagai orang tua, bersikap netral dan meluruskan segala tuduhan adalah sikap yang seharusnya.

Jangan Biarkan Anak Menghadapi Masalahnya Sendirian

Poin ini merupakan poin yang penting. Ada anak yang justru lebih terbuka kepada orang diluar keluarga. Ada juga anak yang lebih suka mencurahkan isi hatinya melalui tulisan, diary, dll. Jika saja orang tua selangkah lebih maju, orang tua tidak akan membiarkan anak mereka menghadapi masalahnya sendirian. Akan sangat baik jika orang tua mengenal siapa saja orang-orang diluar keluarga yang dekat dengan anaknya.

Untuk menghindari kesendirian anak dalam menghadapi masalah, jalin komunikasi sebaik mungkin dengan mereka. Pantau perkembangan melalui orang-orang terdekat mereka diluar keluarga.  Atau dengan mencari tau lewat tulisan, email, atau diary sang anak. Lakukan hal itu secara sembunyi-sembunyi agar sang anak tidak merasa privasinya dilanggar.

Bicara Dari Hati Ke Hati

Inilah poin yang terpenting. Bicara dari hati ke hati akan terasa sulit jika belum terbiasa melakukannya. Hal ini seharusnya dibuasakan sejak awal untuk mengembangkan sikap keterbukaan pada anak. Sebelum melakukannya, ciptakan momen yang sempurna agar anak merasa senang dan nyaman saat berbicara. Jangan lupa untuk mempertahankan kontak mata degan sang anak.

Dengarkan dengan sabar saat mereka mengungkapkan isi hatinya, jangan sekali-kali memotong, menyalahkan, bahkan menghakimi dan menyudutkan sang anak. Biarkan ungkapan perasaan dan perbuatannya itu tersampaikan semuanya, baru setelah itu giliran anda sebagai orang tua mengutarakan pendapat kepada sang anak. Orang tua dan anak harus mencari solusinya bersama-sama saat ada problem yang terjadi. Di saat seperti inilah orang tua memiliki peluang yang sangat besar untuk mengenal dan memahami karakter anak dengan baik.

Kompasioner, jangan pernah lelah berusaha untuk mengenal karakter anak anda. Karena berhasil tidaknya anda sebagai orang tua, dapat dilihat dari seberapa besar anda mengenal anak anda. Apa yang anda lakukan sekarang, pasti akan sangat berpengaruh dengan apa yang akan terjadi kepada anak anda. Jangan sampai anda menyesal telah membuang waktu secara percuma karena tidak bisa mengenal karakter anak anda sepenuhnya.


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun