Mohon tunggu...
Hamim Thohari Majdi
Hamim Thohari Majdi Mohon Tunggu... Lainnya - Penghulu, Direktur GATRA Lumajang dan Desainer pendidikan

S-1 Filsafat UINSA Surabaya. S-2 Psikologi Untag Surabaya. penulis delapan (8) buku Solo dan sepuluh (10) buku antologi

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Hari Raya Pertanda Baju Baru Bukan Baju Baru Pertanda Hari Raya

16 Maret 2024   19:50 Diperbarui: 16 Maret 2024   19:54 414
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tebar Hikmah Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Hiruk pikuk Ramdhan masing-masing individu memiliki cara tersendiri dalam menjalani, bergantung dari kebiasaan keluarga, budaya masyarakat bahkan keadaan finansial.

kebiasaan memakai baju baru ketiak Hari Raya Idul Fitri bukanlah tanpa alasan dan tanpa sejarah. Dalam konteks keagamaan memakai baju baru merupakan salah satu cara merayakan Lebaran. Sebenarnya perintahnya adalah "pakailah baju yang terbaik saat Hari Raya", bagi kalngan sufi atau orang-orang yang mengutamakan kontens daripada kemasan, memaknai perintah tersebut dengan segala yang dimiliki saat itu. Memakai pakaian yang terbaik, sehingga bagi kalangan lelaki dimaknai dengan menggunakan jas bagi yang berada atau pakaian koko terbaik yang ada di almari.

Sedang para penggemar mode, baju yang terbaik adalah baju, sebaisanya membeli pakain baru. Pun dalam tradisi masyarakat Indonesia kala itu, kebiasaan membeli baju atau pakaian ketika menjelang lebaran. Hal ini sebagai salah stu stimulus -utamanya kepada anak-anak agar mau berpuasa- dan hanyata ini ampuh menjadi pengingat ketika anak-anak sedang merasa haus di siang hari atau begitu lelah sebelum maghrib "kalau adik mokel, ibu  gak beliin baju baru", inilah yang dikatakan Ramadhan membawa berkaas

Tradisi tersebut menjadi kebiasaan dari Idul Fitri Ke Idul Fitri, apalagi saat itu didukung dengan situasi yang serba terbatas, hanya kalangan tertentu saja yang bisa membeli baju baru lebih dari satu kali setiap tahun, sisanya ada yang ganti baru karena baju yang lama rusak, atau ketika sudah memiliki biaya untuk membeli baju baru.

Hari ini semuanya tersedia, tinggal pilih menyesuaikan selera dan ketersediaan dana, tak harus bertemu dengan pedagangnya atau tahu secara offline dengan barang, semuanya sudah ada tingal pilih, bayar dan dikirim, bahkan ada yang bayar ketika barang sudah diterima. Betapa mudahnya saat ini, sehingga tren pembelian baju bergeser dari tahunan saat Idul Fitri menjadi setiap ganti model, rasanya harus ganti deh, gak tahan lihat yang lain sudah pakai.

Maka pada dekade ini tak harus, atau menjadi kewajiban beli baju baru untuk Hari Raya, karena stok melimpah, sepakat dengan pemanfaatan pakaian yang ada hanya mencarikan stelan yang cocok dengan wajah, tidak terlalu norak dan berlebihan, yang ada yang diberdayakan dengan kreativitas masing-masing

Hari Raya Pertanda  Baju Baru Bukan Baju Baru Pertanda Hari Raya 

oleh : Hamim Thohari Majdi

Lumajang, 16 Maret 2024

Hamim Thohari Majdi @Surplus

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun