Pagi ini bukanlah pertama, membungkus nasi pecel, menu sarapan yang disukai keluarga, biasa lauknya tempe teoung, sudah cukup menjadi pelengkap makan, walau lirikan mata tertuju kepada telur mata sapi alias telur ceplok.
Biasanya bial makan ditempat selain temoe tepung ditampang telur mata sapi, begitu kebiasaan sarapan nasib pecel di warung yang ramai pengunjung. Ah.. sangat mengenyangkan.
Tak pernah melihatvatau memperhatikan struk pembayaran, karena begitu murah, sehingga tidak mengganjal saat membayar, istilahbya "bayar ringan pulang kenyang".
Kali ini harus berdiri mendekat pramusaji, memesan untuk dibungkus, sambil menunggu antrian, pandangan mata ini nerselancar, kelilingbdan membaca dari bagian hurupbatau angka yangbterpampang, salang satubtulisan yang menarik "tidak melayani membungjus tanpa nasi", harusnya sebagai seorang pedagang harusnya berpikir untung, apapun permintaan pelanggan dipenuhi. Teringat waktu beli air kelapa muda, penjual tidak melayani kalau hanya membeli airnya saja. Padalah harga yang ditawar senilai satu buah kelapa muda, hanya airnya saja dan kelapanya buat (diberikan) penjual. Harusnya penjual senang karena dapat keuntungan ganda. Namun setiap penjual memiliki prinsip masing-masing sebagai jimat sosialnya.
Mata tertuju pada menu, teryera harga dan tampahan lauk, sembuat pikiran berubah bolak balik mencari penguat, apa yangbharus dipilih, telur Rp. 4.000. uhui.. "bikin telir sendir" ups kliru goreng telur mata sapi sendiri.Â
HARGA SEBUAH KREATIVITAS
Berkah liburan, bisa berkumpul keluarga tanpa gangguan atau jeda dengan kegiatan lain. Musim liburan sekolah kali ini sangat istimewa bersamaan dengan libur kerja hari raya natal dan cuti bersama, beda dengan liburan hri raya Idul Fitri, kebersamaan dengan keluarga menikmati mudik di kampung halaman para leluhur, yang berarti posisinya adalah sebagai tamu atas kekurga yang ada di kamoung halaman, sebagai penikmat tanpa bisa melepas kreativitas seperti ketika berada dinrumah sendiri.
Sama seperti mereka yang traveling, liburan di rumah, harus ke kuar rumah ketika hendak sarapan, seperti pagi ini membeli nasi pecel, lauk telur mata sapi, tanpa pikir panjang dan tak berbelit jumlah harga, langsung pesan tiga bungkus tambah lauk telur mata sapi. Total tambahan  Rp.12.000,- ini berarti senilai tiga butir telur ori
Di masa akal waras berfungsi, logika memounyai tugas menyeleksi dan membandingkan, hingga lahirlh konsep efisiensi, mengambil yang teringan dan murah. Â Namun tatkala diawal rasio dipinggirkan dan bermanja-manja menjadi penyedapnya, maka semua tidak melewati proses perpikir kritis dan logis.Â
Masa liburan salah satu penfhargaan bagi kaum yang berpikir kreatif, menjadikan sesuatu memiliki makna lebih, keberadaanya beda dan tampil lebih mempesona, serta rasa yang kian menggoda. Berbahagialah di musim liburan para penjaja jasa dan perdagangan, karena di situlah nilai harga diri dinaikkan.Â
Para kreativitas yang menambahkan nilai sepoerti sosis bakar, degan jely, cilot dadar atau cilot goreng, sungguh oatut diapresiasi, hidup ini semakin semarak dari hasil kreasi dan inobasi, anda keduanya tidak ada maka hidup ini terasa sepi, datar-datar saja, ya cuma begitu saja dari hari ke hari padahal waktu telah berubah dan menjadikan usia bertambah menuju punah. Seperti penjual tekur mata sapi yang dijual Rp. 12.000,- senilai tiga butir telur ori, karena ada nilai tambah dan layak jual.