Entah aoa yang membuatbya berubah, bisa jati karena syahwat biikogisnya telah tersalurkan dengan benar dan di tempat yang benar, atau hasil dari proses adaotasi untuk saling memantaskan dn memahami.
Kerjasama dan gesekan fisik secra terus menerus menjadikan membuat kebrutalan terpangkas, rasa belajar memahami emosi dengan terlebih dahulu nerdamai dengan diri sendiri.Â
Hidup berpasangan menjadikan saling ketergantungan dan membutihkam, bukan karena tidak mampu atau lemah, namun semata sebagai pemenuhan kebutuhan berpasangan.Â
saling membutuhkan dan penyadaran untuk melwngkapi dan peduli merupakan bagian dari kecerdasan emosi, sehingga membutuhkan komunikasi efektif dalam upaya mencipta harminisasi dan  tersampainya pesan atau kehendak dari kesua pasangan.Â
Makantidak dilungjiri, secara pksiti pernikahan menjadikan seseorang semakin terasah kecerdasan emosinya.
CINTA SEJATJ MENGHALUSKAN
Cinta yang tulus tak pernah mengjadirkan modus-modus tertenu mendapat simpatinpasangannya, juga gertak sambal agar ada rasa takut dari pasangannya.Â
Rasa tukis karena "aku mencintaimu dan kamu mencintaiku" Â akan membangun sinergi berenergi, memberikan yang terbik, mencurahkan kasih sayang dan menumpahkan kerinduan dengan cara yang cerdas dan waras. Bukan emosial melalui intimidasi dan menakut -nakuti.
Semakin lama, cinta yang tukus menjadikan hatinya keduanya benibg, otaknya enver, tekibgabya peka dan ucapannya benuj kemesraan "sayang bisakah bantu aku mengambi air minum" atau sejenis diksi diksi mengandung kecintaan dan rasa sayang.
Berumah tangga adakah melakukan isolasi ekologi membangun karakyer baru perpaduan, imitasi dan adaptasi agar tercipta keharminisan berujung kebahagiaan.
Menikah merupakan pembatasan pergaulan, karena ada tanggung jawab yang mengikat dari ikatan cinta yang disetujui oleh kedua belah pihak diawal saat ijab dan qobul terjadi. Maka pantaslah keduanya membuat aturan yang menyenngkan, bukan berat sebelah, tapibatas dasar keseimbangan, kesetaraan dan keadilan