Pernikahan dibangun oleh ikatan cinta dua insan beda jenis kelamin, keduanya bersepakat tinggal serumah dalam satu atap dengan tujuan membangun dan membina keluarga bahagia lagir dan batin.
Bahagia lahir berwujud teroenuhi sarana dan prasarana yang bersifat materiel, seperti adanya tempat tinggal, Â kendaraan, sandang, dana dan lainnya. Tampaklah dalam kehidupan keseharian seberapa besar cakupan yang hendak diraih suami isteri dari cara meraih dan menikmati.
Kebutuhan lahit ada yang menjadikan dasar terpwnuhinya kebutuhan batin, ada juga yang tidak begitu terusik dengan gemerlamnya dunia. Bahagia bagi kelompok ini lebih mementingkah kualitas batin yang kemudian tampak dari cara mereka senyum, tertawa dan marah. Aspek psikologi menjadi penopang kehidupan.
TUJUAN MENIKAH
Secara individual tujuan menikah sangatlah berganting dari situasi dan kondisi yang melingkupi, mulai dari membaranya api asmara, memenuhi kebutuhan primitif, hingga karena terpaksa.Â
Bagi kaum beragama menikah adalah bagian dari ketaatan beragama, melakukan perintah agama. Dalam hal ini menyaki ajran bahwa Tuhan menciptakan segala sesuatu berpasangan, termasuk juga manusia, harus menjali kehodupan nerpasangan melalui pernikahan dan berumah tangga. Larena salah sati tujuan adalah penyalusan hasrat sekaual yang benar dan legal.
Hasrat biologis para jumblo janya teraalurkan lewat hanyalan dan impiam, sebagai bentuk prostitusi kognisi dan khayali, menikmati lecantikan dan ketampanan dari semua atau siapa saj yang dijumpainya, tidak ada sarana penyaluran jalan akhir dari mendidihnya syahwat birahi. Beda dengan meraka yang sudah menikah ada sarana resmi dan sakuran sehat untyk menumpahkan semuanya.Â
Maka menikah menjadikan gejolak syahwat gerwdam karena ada saranya, sehingga tidak perlu dilampiaskan dalam bentuk yang lain.
MENJADIKAN CERDAS EMOSI
Di beberapa tempat saya mendapati perubahan perilaku sebelum dan sesudah menikah, ufamanya sikap egois, ingin menang sendiri, menguasai dan enggan bersosialisasi. Wauw mereka berubh setelah menjalani hiduo berunah tangga. Setelah mereka berpadu padan dengan orang lain dan berlainan jenis kelamin.
Entah aoa yang membuatbya berubah, bisa jati karena syahwat biikogisnya telah tersalurkan dengan benar dan di tempat yang benar, atau hasil dari proses adaotasi untuk saling memantaskan dn memahami.
Kerjasama dan gesekan fisik secra terus menerus menjadikan membuat kebrutalan terpangkas, rasa belajar memahami emosi dengan terlebih dahulu nerdamai dengan diri sendiri.Â
Hidup berpasangan menjadikan saling ketergantungan dan membutihkam, bukan karena tidak mampu atau lemah, namun semata sebagai pemenuhan kebutuhan berpasangan.Â
saling membutuhkan dan penyadaran untuk melwngkapi dan peduli merupakan bagian dari kecerdasan emosi, sehingga membutuhkan komunikasi efektif dalam upaya mencipta harminisasi dan  tersampainya pesan atau kehendak dari kesua pasangan.Â
Makantidak dilungjiri, secara pksiti pernikahan menjadikan seseorang semakin terasah kecerdasan emosinya.
CINTA SEJATJ MENGHALUSKAN
Cinta yang tulus tak pernah mengjadirkan modus-modus tertenu mendapat simpatinpasangannya, juga gertak sambal agar ada rasa takut dari pasangannya.Â
Rasa tukis karena "aku mencintaimu dan kamu mencintaiku" Â akan membangun sinergi berenergi, memberikan yang terbik, mencurahkan kasih sayang dan menumpahkan kerinduan dengan cara yang cerdas dan waras. Bukan emosial melalui intimidasi dan menakut -nakuti.
Semakin lama, cinta yang tukus menjadikan hatinya keduanya benibg, otaknya enver, tekibgabya peka dan ucapannya benuj kemesraan "sayang bisakah bantu aku mengambi air minum" atau sejenis diksi diksi mengandung kecintaan dan rasa sayang.
Berumah tangga adakah melakukan isolasi ekologi membangun karakyer baru perpaduan, imitasi dan adaptasi agar tercipta keharminisan berujung kebahagiaan.
Menikah merupakan pembatasan pergaulan, karena ada tanggung jawab yang mengikat dari ikatan cinta yang disetujui oleh kedua belah pihak diawal saat ijab dan qobul terjadi. Maka pantaslah keduanya membuat aturan yang menyenngkan, bukan berat sebelah, tapibatas dasar keseimbangan, kesetaraan dan keadilan
Hal-hal di atas itulah mampu melembutkan hati' ucapan dan sikap. Semuanya terjadi secara alami asal memiliki keibginan membangun rumah tangga riang gembira, menjadikan keluarga sebagai bagian dari masyarakat, semuanya dimulai dari diri sendiri dan dipraktekkan dalam pernikahan.
Raih kenikmatan menikah, jangan sia-siakan dan jadikan oasangan anda pelengkap kehidupan dalam duka atauoun suka.Â
Pernikahan Mampu Melejitkan Kecerdasan Emosi
Oleh : Hamim Thohari Majdi
Lumajqng? 16 Desember 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H