MENGKOMPROMIKAN PERBEDAAN SUAMI ISTRI
Suami istri secara kodrati sudah berbeda secara fisik, karenanya Tuhan menjodohkan umat manusia sesama manusia , agar menjadi tenteram atau tenang. Artinya bila seorang laki atau perempuan dalam keadaan sendirian selalu timbul gejolak dalam menjalani hidup, utamanya saat menjalani masa pubertas.
Ada sebagian yang memaksaan perjodohan dalam berumah tangga untuk menyatukan atau menyamakan serta membuang hal-hal yang berbeda. Sungguh hal yang demikian itu sebuah keanaifan, dan tidak akan bisa kalau keduanya justru saling ingin menyatukan perbedaan itu akan menjadi lebih fatal dan kadang mengarah kepada konflik yang mengacaukan rumah tangga.
Lalu apa yang harus dilakukan ? tentu satu-satunya jalan adalah kompromi, yaakni memahami dan menjadikan perbedaan itu sebagai kekuatan pelengkap masing-masing.
PERBEDAAN FISIK
Bukan karena perbedaan fisik ini ada kata nikah dan kawin, utamanya ditekankan kepada kata yang terakhir yaitu kawin, ini membutuhkan perbedaan fisik (kelamin), karena lelaki memiliki sperma dan perempuan ada indung telurnya, inilah yang menjadikan peradaban lebih panjang usianya, karena regenerasi berhasil untuk mengisi masa depan ketika para sesepuh sudah tidak lagi berdaya.
Perbedaan fisik menjadikan kenikmatan dalam bercinta, memadu asmara dan berkasih sayang, betapa sentuhan antar jenis menjadi penghangat suasana atau bahkan memberi motivasi yang tiada henti.
Biarlah perbedaan fisik ini menjadi indah dalam satu langkah, menjalin dan merajut bahtera rumah tangga saling melengkapi sesuai kodrat asasinya, menghormati kepemilikan fisiknya dan potensi motorik kasar dan motorik halusnya.
MENYEIMBANGKAN KARAKTER
Sepasang suami istri memiliki peran dalam semua keadan, berbagi peran antara api dan air, janganlah api semakin dipanaskan dan membiarkan air meluber hingga membanjiri menjadikan suasana basah dan berair.
Kalau lelaki muncul amarah seperti sifat api, maka jadilah sang perempuan sebagai airnya meredakan nyala dan baranya. Sebaliknya bila perempuan merasa panas hati dan kepalanya, maka lelaki harus menjadi telaga pendingin, menyiapkan diri untuk berendam dan berbasah kuyup.
Bawaan karakter dalam garis lurus keluarga, tidak bisa diubah dalam waktu singkat, seperti besi tidak mudah untuk dibentuk menjadi sebuah benda atau alat yang lebih eksotik, tanpa harus dididihkan terlebih dahulu.
Ada proses panjang dan mengauskan kesabaran bila tidak dilakukan secara sadar untuk mebentuk karakter baru, pun toh pada suatu saat karakter lama yang sudah dilupakaan akan muncul ketika pengungkitnya datang dan dalam kontrol diri yang tidak stabil.
Karakter adalah kekayaan kebudayaan, maka sepasang suami istri harus menelusuri dalam relung jiwanya, menaruh pemahaman dalam hatinya masing-masing bahwa karakter adalah hasil dari proses pembiasaan, pahami dan nikmati.
Keluh kesah atas karakter yang tidak seusai harapan, tidaklah saatnya disesali, kini sudah menjadi  pasangannya, belahan jiwa tanpanya hidup ini rapuh seperti sayang yang patah atau hilang salah satunya.
Pergolakan atau konflik muncul karena perbedaan yang dibesarkan, dan dijadikan alat pembenar ketika ada tidak sesuaian perilaku. Bukan  perbedaan yang perlu dikeraskan bicaranya, tetapi kesadaran atas perbedaan otulah menjadi penyejuk hati.
MENGIKUTI ALIRAN PERBEDAAN KEHENDAK
Lain ladang lain belalang, beda tambak beda pula ikannya, kepala manusai yang di dalamnya berisi otak untuk berpikir, melakukan kreatifitas dan inovasi dengan pengetahuan yang dimiliki dan pengalami yang dijalani, maka tentu membuat masing-masing orang memiliki orientasi atau kemauan yang berbeda.
Suami istri meski sudah bersatu dalam atap rumah tangga, tetaplah menjadi individu-individu unik ada yang bisa dikompromikan dan harus dituruti kehendak individualnya.
Naruli kemanusiaan menuju kepada pengalaman hidup, mencukup apa yang masih kurang dan meraih sebanyak mungkin kesenangan dan kebahagiaan, oleh karenanya banyak cara yang dilakuakan termasuk di dalamnya ketika berumah tangga.
Untuk itu suami istri harus memahami dan membedakan antara kehendak bersama dan kehendak individu. Ketika merumuskan tujuan atau kehendak bersama haruslah ada satu titik yang dituju dan disajikan hanya satu kata kunci. Kemudian keduanya sepakat untuk digapai dengan cara kerja sama serta saling mendukung.
Namun ketika harapan itu merupakan keinginan individual, keduanya harus memberi dan diberi ruang ekspresi, asal tidak mempengaruhi dan merusak harapan bersama. Kadang ada pasangan yang memaksakan agar selalu seiring dan bersamaan, hal ini tidak mungkin bisa dilakukan kalau tidak ada penghormatan atas hak individual dan apresiasi atas hak kolektif.
Jadikan perbedaan kehendak itu sebagai ragam kanal yang tersedia, yang nantinya akan mengalir ke hilir dalam bentangan bahtera rumah tangga, untuk menyelamatkan diri dari aliran itu, maka ikutilah alirannya jangan menentang atau membuat aliran baru, sangat berbahaya.
INVENTARIS KEKUATAN DAN DAYA GUNAKAN
Menghentikan ruang konflik karena perbedaan dan mendekatkan jarak akibat jurang pemisah harus dilakukan, caranya ? pandangi diri pasangan Anda inventarisir segala kemampuannya untuk didaya gunakan sebagai penguat dan perekat kasih sayang dan membangun harmoni dalam rumah tangga mencipta rasa bahagia
Ketika mendapati kekurangan, maka jadilah diri sebagai selimut untuk memberi rasa aman dan tertutup dari hinaan orang. Gunakan selimut diri Anda untuk menghangatkan kekurangan pasangan.
Tiada manusia yang sempurna dengan segala kelebihannya dan tiada manusia yang hina karena kekurangan atau kelemahannya. Justru dengan berkeluarga itulah kedudukan seorang lelaki sebagai saumi dikokohkan dan, seorang perempuan mendapat predikat istri sebagi kalung kehormatannya.
Bila mau dicari kejelekan pasangan, maka tak akan menemukan kebaikannya, namun bila mau menyadari kekurangannya, maka akan muncul kebaikan dan kelebihan yang tidak disangka, karena penghormataan dan perlakuan yang baik akan melahirkan darma yang baik, apalagi itu dilakukan untuk dan oleh orang terkasih dalam pasangan rumah tangganya.
Biarkan perbedaan menjadi pemanis keluarga, menambah tawa dan canda, kelebihannya menjadi penguat dan perekat dalam menggapai asa bersama, membangun keluarga yang dicitakan bukan sekadar satu rumah dan bersama, namun ada kebaikan, keharmonisan dan kebahagiaan untuk orang yang ada di sekitarnya.
Mengkompromika n perbedaan suami istri
Oleh : Hamim Thohari Majdi
Lumajang, 10 Desember 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H