Ketiga, tahap perkembangan operasional konkrit  rentang usia 6 tahun sampai 12 tahun, bila ditaraik kepada jenjang pendidikan, maka anak sudah siap menempuh pendidikan dasar hingga tuntas, pada tahap ini anak sudah mampu menyusun dan memilih dari obyek yang ada. Ada perubahan yang mendasar dalam tahap perkembangan ini , anak mulai mampu memisahkan hal-hal yang disukai dan dibenci, menunjuk kepada yang dikehendaki dan menjauhkan dari yang tidak diinginkan. Pikiran logisnya mulai berkembang dan melihat sesuatu dicerna dan ddikalsifikasin hinga pada sub yang terkecil serta memahami adanya hubungan satu dengan lainnya.
keempat tahap perkembangan operasional formal, rentang waktu 12 tahun hingga 19 tahun. Pada tahap ini merupakan tahapan penuh dinamika measuki msa remaja, dengan cirinya anak-anak berpikir dengan menghubungkan sebab akibat, dengan keingin tahuannya yang tinggi selalu banyak bertanya, bahkan terkesan menentang atau membantah untuk mendapatkan jawaban yang memuaskan. Â Karena ciri utama perkembangan ini cara perpikir anak sangat logis, abstrak dan idealis.
Sebagaimana nama teori yang dikembangkan oleh Jean Peaget adalah konstuktivisme, maka bangunan itu akan kokoh kalau dari tahapan awal perkembangan terlampui secara sempurna, meski msing-masih individu tidak sama dalam pencapaian tahapan perkembangan, hal yang perlu ditegaskan oleh Jean Peaget, bahwa keberadaan lingkungan dan pola asuh akan membawa anak kepada suatu titik  tertentu perkembangan.
Meski lingkungan dan pengasuhan sangat menentukan perkembangan anak, dalam perjalannhya anak akan mengalami proses asimilasi yaitu proses penerimaan pengetahuan atau pengalaman baru, dan proses akomodasi yaitu keterbukaan anak untuk mengakomodir pengetahuan yang baru untuk mengubah atau merekonstruksi seka yang asudah ada.
Asimilasi dan akodasi inilah yang menentukan seseorang lebih maju atau tetap stagnan karena tidak mau memperbarui pengetahuannya. Maka banyak orang yang melejit pengetahuannya disebabkan oleh ketersediaan diri mencarai dan menerima pengetahuan baru, lalu dikonstruksi melengkapi pengetahuan lama, sehingga membuat pengetahuan yang ada menjadi lebih sempurna, di sinilah kemudian ad kata bijaksana atau kerarifan, karena perpaduan pengalaman.
PERAN ORANGTUA
Sebagaimana Jean Pieaget nyatakan bahwa perkembangan anak merupakan perpaduan nature dan nurture, kualitas diri sebagai bawaaan, pengasuhan dan lingkungan yang dihadapi, jean piaget menekankan sifak aktif anak, artinya keaktifan berperilaku dan menjelajah pengetahuan itulah yang akan menguatkan perkembangannya.
Maka orang tua atau guru sebagai pengasuh harus memerankan diri sebagai fasilitator, membawa kepada dunia yang lebih jauh ke depan, memfasilitasi kebutuhan pengetahuan anak, hingga menyalurkan bakat dan minatnya.
Orang tua atau guru yang memaksakan pengetahuannya dicurahkan kepada anak, membuat anak stagnan dan tertinggal oleh perkembangan bangan jaman, kecuali orang tua dan guru yang mau mengupdate diri. Maka jangan berharap anak menjadi melejit pengetahuan dan cara berpikirnya bila orang tua atau guru membatasi ruang berpikir dan jelajah pengalamannya.
Orang tua dan guru yang baik adalah menyiapkan lingkungan sesuai dengan kebutuhan tahapan perkembangannya, dengan tetap mengawasi dan mendampingi serta mengarahkan kepada hal-hal yang baik dan benar. Sebab anak yang dibiarkan tumbuh dalam lingkungan tanpa ada kontrol dan pengarahan dari guru dan orang tua, maka anak akan melakukan hal sesuka hatinya dan mengikuti hal- yang terjadi sebagaimana berlaku dalam lingkungan tanpa mampu memilih dan memilah serta mencari yang bermanfaat dan baik untuk diri dan masa depannya.
Perpaduan Nature Dan Nurture Dalam  Teori Perkembangan Kontruktivisme Jean Piaget