Hal di atas sejalan dengan komunikasi transendental perspektif psikologi transendental, pada logoterapi ke arah psikologi transendental, bahwa arah spiritualisasi dalam struktur manusia  (logoterapi) pengembangan konsepsi fitrah sebagai potensi spiritual manusia.
Fungsi komunikasi transendental setidaknya ada dua arah. Pertama, menyelesaikan masalah-masalah yang tidak ditemukan jalan keluarnya -- hal ini seiring dengan pengetahuan manusia yang belum dimiliki dalam memecahkan masalah, atau karena begitu beratnya beban sehingga tidak sanggup, maka haruslah diserahkan kepada yang Maha Kuasa. Kedua, penguatan dan pelibatan transendental dalam komunikasi, bahwa disadari atau tidak untuk mewujudkan komunikasi yang efektif haruslah menggunakan kekuatan Ilahiah meniru sifat-sifat Tuhan dalam konteks mikro kosmos, sehingga poal komunikasi yang dipilih adalah memberi kesan yang baik dan mendapatkan hasil yang menyenangkan.
KOMUNIKASI HARUS MENEBAR KASIH SAYANG
Dalam konsep komuniksai transendental ada rumusan sederhana "barang siapa yang berkasih sayang dengan sesama penduduk bumi, maka akan dikasih sayangi oleh penduduk langit", konsep ini adalah sebuah konsekuensi, hubungan sebab akibat. Namun lebih jauh dari itu ada campur tangan Ilahi dalam membangun komunikasi dengan mendapatkan bimbingan dari yang Kuasa.
Salah satu ciri manusia adalah homo volens, pergerakan atau tindakan manusia berdasarkan keinginannya, begitu pula dalam berkomunikasi komunikator lebih menurutkan keinginannya, dalam ketidak sadaran manusia selalu mendahulukan keinginanya atau bahkan memaksakan keinginannya untuk terwujud dan orang lain menjadi perantaranya.
Ada dua faktor yang mempengaruhi perilaku manusia termasuk di dalamnya ketika berkomunikasi yaitu, faktor personal dan situasional. Faktor personal sangat erat dengan hal-hal seperti ; kebutuhan biologis dan sosio psikologis. Sedangkan faktor situasional  berkaitan dengan ekologis, rancangan dan arsitektual, temporan, suasana perilaku, teknologi, sosial, lingkungan dan stimuli.
Untuk mewujudkan keinginannya, ada sebagian ditempuh dengan segala cara, yang penting terwujud tanpa pempertimbangkan norma yang berlaku, pola komunikasi yang digunakan melalui intimidasi, kekerasan, pekasaan dan menyudutkan agar komunikan menurut apa yang dikehendaki. Dalam posisini komunikan menjadi obyek pelucutan hak dan hilangnya kemerekaan berkomunikasi. Efek dari pola komunikasi seperti ini memunculkan rasa takut, kecemasan, depresi dan putus asa, lalu apa yang akan dilakukan oleh komunikan bila mendapati sistuasi yang sangat berat, tentu bersumpah serapah memohon kutukan dari Tuhan dan segala kemalangan komunikator.
Bukankah banyak didapati dalam kelompok atau kelas tertentu yang memberlakukan atasn dan bawahan, derajat tinggi dan rendahan, bagi mereka yang memiliki kekuasaan dengan semena-mena menerapkan gaya intimidasi dan ancaman, sehingga membuat komunikan tidak ada pilihan kecuali menuruti kemauan komunikator.
Tipe orang yang suka intimadasi, maunya sendiri, tidak lagi mendengarkan nasihat atau saran orang, pada prinsipnya telah mengalami gangguan mental, dari sinilah kemudian menyeraang badannya, sehetan dari hari ke hari semakin menurun, apalagi yang dihadapi orang-orang yang berani menolak atau mengabaikan pesannya.
Sebaliknya bila komunikan sangat santun dan selalu persuasif, membuat komunikan sangat senang. Komunikasi berjalan lancar, penuh keakrapan bahkan hambatan-hambatan sepele seperti kebisingan, tempat yang kurang nyaman tidak mempengaruhi efektivitas komunikasi.
Disadari atau tidak bahwa siapaun yang memperlakukan dengan penuh kasih sayang kepada penghuni alam semesta, termasuk di dalamnya cara berkomunikasi yang santun, memanusiakan manusia, maka penghuni langit  (malaikat) akan menyanyagi, bila para malaikan sudah sayang tentu doa-doanya diamini, permohonannya dikabulkan dan llah memberikan keselamatan dan penjagaan melalui para malaikatnya.