Anak tentu yang dimaksud adalah anak biologis, sering disebut dengan anak kandung, merupakan dambaan setiap insan yang sedang memadu kasih dan terikat dalam bingkai perkawinan, kemudian menyatu dalam wadah bernama keluarga.
Dalam konteks kepemilikan, secara administrasi anak-anak adalah milik orangtuanya, sehingga pertanyaan yang sering muncul dalam dialog keseharian "kamu sudah punya anak berapa?" Namun kepemilikan anak tidak sama dengan kepemilikan benda atau barang yang lain.
MEMILIKI ANAK BUKAN PILIHAN
Filosofi hidup adalah pilihan, memilih dari sekian yang ada di hadapannya atas hal-hal yang membutuhkan ketegasan.
Hidup ini ada beberapa pilihan seperti, bahagia, sedih, gamang, cukup harta, berkelimpahan dan lain sebagainya, adalah pilihan yang perlu ditegaskan di awal. Di setiap pilihan mengandung konsekuensi, yaitu memenuhi syarat dan ketentuan yang berlaku.
Tidak bisa hidup bahagia, bila pikiran-pikiran yang dibangun adalah iri hati dan jauh dari keramahan sosial serta menebar kasih sayang. Bisa menjadi berharta haruslah melakukan usaha serta membangun paradigma akan kesenangan dengan kekayaan. Hidup sehat bugar diperjuangkan dengan mengonsumsi makanan bergizi dan berpikir sehat.
Namun tahukah, bahwa memiliki anak bukanlah pilihan, betapa banyak suami istri melakukan usaha baik secara fisik, medis, spiritual bahkan supranatural, nyatanya tidak berhasil mendapatkan.
Kata yang tepat terhadap anak adalah anugerah dari Tuhan sang Pencipta dan pemilik semesta. Anak dianugerahkan kepada manusia-manusia pilihan, baik atas pilihannya sendiri atau tanpa berharap, anugerah itu datang melalui proses pembuahan.
Sebagai anugerah, anak lahir untuk menjadi bagian kehidupan orangtuanya, tentunya agar bisa menambah kebahagiaan dan kehormatan, sehingga ketika sudah dianugerahi anak oleh Allah, maka manfaat untuk kebaikan dan semakin menyenangkan.
ANAK SEBAGAI MANUSIA UNIK