Mohon tunggu...
Hamim Thohari Majdi
Hamim Thohari Majdi Mohon Tunggu... Lainnya - Penghulu, Direktur GATRA Lumajang dan Desainer pendidikan

S-1 Filsafat UINSA Surabaya. S-2 Psikologi Untag Surabaya. penulis delapan (8) buku Solo dan sepuluh (10) buku antologi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tempat Mengaduk Iba dan Digdaya

26 September 2023   09:25 Diperbarui: 26 September 2023   09:43 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Di unit layanan rawat jalan pasien mengukur perkembangan pengobatan (Hamim Thohari Majdi)

Menjadi salah satu pasien rawat jalan di klinik bedah, berbaur dengan penderita yang cukup parah, mengenaskan dan menguras empati, walau diri ini menanggung luka yang tidak ringan.

Para pasien yang didominasi kecelakaan lalu lintas dan kecelakaan lainnya, sangat dipahami bila masih ada yang mengerang kesakitan.

LOGIKA TAK CUKUP MENYEMBUHKAN.

Benar sekali, tidak begitu diperlukan kecerdasan logis matematis, pinter dalam mengelola kognisi. Karena kecelakaan dalam literasi Jawa identik dengan apes, kemalangan dan ketidak berdayaan. "Tidak ada yang mau dan tak ada yang merencanakan"

Orang tidak bisa dihubur dengan logika, mungkin akal-akalan tapi sifatnya menghibur atau candaan.

Mengantarkan dan mendampingi pasien memang memerlukan kecerdasan intelektual, berpikir dengan berada di berbagai sudut, namun rasa yang diderita pasien, menunggu antrian serta perilaku orang kain yang semaunya sendiri, membutuhkan kecerdasan emosi, agar bisa menengkan diri dan menjadikan pasien yang dirawat jadi tenang.

Bukankah ketenangan yang dibutuhkan bagi para oenderita? Ketenangan mura dari kesabaran dan kenyamanan jiwa. Tapi tidak semua pengantar dan pendamping bisa.

MENANTI KEPASTIAN

Salah satu indikator kepuasan penderita adalah kepastian, semua aturan tertulisnya dijamin terlaksanan dan pelayanan berjalan sesuai prosedur.

Para pasien menangan rasa sakit, di selal menunggu laju waktu. Di tengah harapan yang mengambang, semuanya tururt dalam ketidak pastian, yang tidak pasti banyak menguras energi dan membuang empati.

Hanya logika yang mrmilikintoping kesabaran membuat pribadi berkliau, sahaja dan bijaksana, karena mampu menghitung damoak dan kerugian, tetqpi tidak dijadikan perhitungan matematis, untung rugi.

Bukankah peristiwa di luar kendali nalar mwnjadi bahan untuk mengaduk antara iba dan bangga, iba dalam kesengsaraan dan situasi yqng kurang baik, bangga dengan segala yang dimiliki. Biarlah semua mencair dan menyatu dalam jiwa aslinya. Karena semua peristiwa adalah bagian dari pembelajaran dan penguatan

Tempat Mengaduk Iba dan Digdaya

Oleh : Hamim Thohari Majdi

Lumajang, 26 September 2023

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun