Mohon tunggu...
Hamim Thohari Majdi
Hamim Thohari Majdi Mohon Tunggu... Lainnya - Penghulu, Direktur GATRA Lumajang dan Desainer pendidikan

S-1 Filsafat UINSA Surabaya. S-2 Psikologi Untag Surabaya. penulis delapan (8) buku Solo dan sepuluh (10) buku antologi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bunglon Sosial dalam Teori Kecerdasan Emosional

14 Agustus 2023   08:45 Diperbarui: 14 Agustus 2023   08:47 331
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Di tengah-tengan banyak orang tentu harus menyesuaikan tata tertbnya bila tidak... maka jadilah bunglon sosial (Hamim Thohari Majdi)

HARGA DIRI BERGANTUNG NILAI ORANG LAIN

Maka bunglon sosial tidaklah pernah bisa memasang harga diri, harga yang patut untuk dirinya sendiri sesuai dengan kompetensi yang dimiliki, karena kurang kepercayaan dirinya. Bagaimana mungkin menentukan harga diri ? kalau apa yang dialukan bukanlah suara hati dan keinginan diri yang sejati ?

Bagi para bunglon sosial, yang dipenting dalam hidup adalah penghargaan dari orang lain, seberapa nilai atau harga yang diberika oleh orang lain itulah yang akan mereka kejar, entah bersesuaian dengan nurani atau hanya menampakkan basa-basi.

Pertanyaan lain yang perlu dimunculkan adalah, "apakah seorang yang memiliki karakter bunglon sosial betul-butul tidak memiliki harga diri?" jawabnya tidak "sepenuhnya", seperti arti bunglon yang sesungguhnya bahwa warna kulit menyesuaikan warna yang ada di sekitarnya, maka iabarat cermin haruslah dibersihkan agar semakin terang warna yang dipantulkan. Artinya bahwa bunglon sosial masih memiliki makna positif ketika posisinya membuat manfaat yang adi sekitarnya, keberadaannya bisa menjadikan semuanya ceria.

PEMAIN DRAMA   

Bila bunglon lebih diintikkan dengan perubahan dan penyesuaian warna yang terdekat dari dirinya, maka bunglon sosial lebih kepada tampilan karakter untuk menyesuaikan lingkungan yang ada.

Beradaptasi dan menyesuaikan diri sangatlah dibenarkan, bahkan beradaptasi hingga melakukan imitasi juga diperbolehkan, dengan catatan apa yang diimitasi adalah hal-hal yang lebih baik.

Masalahnya muncul ketika melakukan adaptasi yang baik, hanyalah memakai pola sandiwara, diri dipaksa oleh dirinya sendiri untuk mau menerima dan melakukan hal yang tidak pernah dilakukan.

Semakin menjadi permasalahan ketika yang ditirukan adalah hal yang tidak baik, namun dilakukan dengan sungguh-sungguh, hampir menyerupai aslinya, maka hal ini bisa menggerus citra diri dan dianggap menjadi bagian dari kelompok dalam bunglon sosialnya.

TULIS SEJARAH

Hidup adalah permainan, jadilah pemain dalam panggung kehidupan sebaik mungkin, memberi kemanfaatan bagi diri dan orang di sekitar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun