Mohon tunggu...
Hamim Thohari Majdi
Hamim Thohari Majdi Mohon Tunggu... Lainnya - Penghulu, Direktur GATRA Lumajang dan Desainer pendidikan

S-1 Filsafat UINSA Surabaya. S-2 Psikologi Untag Surabaya. penulis delapan (8) buku Solo dan sepuluh (10) buku antologi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Rumah Tangga Beda dengan Rumah Tetangga

8 Agustus 2023   12:41 Diperbarui: 8 Agustus 2023   12:45 302
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dari sinilah Rumah Tangga dimulai (Hamim Thohari Majdi)

BERUMAH TANGGA BUKAN DI RUMAH TETANGGA

Dari sisi bahasa rumah tangga adalah tempat tinggal atau bangunan untuk manusia. Dalam kontek komunikasi, maka rumah tangga adalah terdi dari pasangan suami istri, anak, mertua dan lainnya.

Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 menyebut kata rumah tangga menjadi sinonim keluarga yang termuat sebagai dasar perkawinan, Pasal 1 menyebut bahwa perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

 Karenanya, bila seorang kawan  ingin menanyakan atau mengetahui status kawannya, biasnya menggunakan kata tanya "sudah nikah ya" atau "sudah berkeluarga?" atau "sudah berumah tangga?" atau pertanyaan terselubung "anaknya sudah berapa?"  atau "kamu jadi nikah sama si sia?" dan lainnya.

PENGUAT IKATAN PERKAWINAN

Salah satu kebutuhan hidup manusia adalah tempat tinggal atau sering disebut dengan papan, tempat berlindung dari segala hal yang membahayakan atau mengganggu. Bagi seseorang yang telah menikah, maka rumah tangga menjadi pusat kegiatan pasangan suami istri mewujudkan visi dan misi pernikahan dari berdua saja hingga anak turunnya, di sinilah semuanya berawal.

Fungsi rumah tangga sangatlah luas dan mengandung semua dimensi kehidupan umat manusia, di antaranya adalah menuang cinta dan kasih yang dirajut melalui energi asmara, di sini keduanya harus belajar untuk memberikan yang terbaik untuk pasangannya, mengalirkan energi positif dan saling menyemangati.

Dalam rumah tangga ini sejatinya  ikatan perkawinan akan semakin menguat, karena semuanya dijalani berdua secara mandiri dan menjalankan tanggung jawab masing-masing. Tidak ada pihak lain yang turut serta atau bercampur tangan. Terlebih ketika sudah hadir buah hati justru semakin melengkapi kebahagiaan dan terwujudnya harapan memiliki momongan.

KOMUNIKASI RUMAH TANGGA

Sebagaimana latar belakang berdirinya sebuah rumah tangga adalah legalitas perkawinan, maka suasana di dalamnya beraroma romantis dan penuh kasih sayang, semuanya berawal dengan sejuta indah berkemesraaan.

Dengan landasan cinta kasih pasangan suami istri, maka komunikasi berjalan dengan lancar, pesan terkirim dengan mudah, penerima pesan sangat paham dengan maksud pesannya, pun toh bila ada kesalahan tafsir dari pesan yang dikirim, pun akhirnya saling memahami, saling memaafkan dan berakhir dengan canda tawa yang renyah meriah.

Lain halnya dengan rumah tangga yang berangkat dari keterpaksaan, maka adaptasi komunikasi di awal perkawinan lebih banyak menggunakan komunikasi nonverbal, isyarat, gerakan dan kekakuan aktivitas, malu-malu enggan.

Tidaklah dipungkiri, bila rumah tangga dibangun dengan cinta yang tidak penuh, baik setengah hati atau separuh ukuran, bisa menuju kepada kesempurnaan, bisa juga menuju titik nol kemusnahan dan kekeringan cinta kasihnya.

HARUSNYA RUMAH TANGGA

Membangun komunikasi dalam rumah tangga sangat penting, karena salah satu kendalah berkomunikasi adalah dengan orang dekat, maksudnya dengan adanya kedekatan emosional menjadikan komunikasi tidak sejernih dan selancar aliran air dari muara.

Banyak diabaikan, etika berkomunikasi dalam berumah tangga, beda dengan komunikasi di publik sebagai upaya meraih kepercayaan dan citra diri.

Komunikasi sosial dalam lingkup publik menghasilkan relasi taktis cepat dan tepat, berebut di depan dan paling pelopor. Sedangkan komunikasi domestik (rumah tangga) sebagaian sudah adaa yang luntur etikanya, mengumbar sarkas dan bahasa-bahasa yang mengandung buangan amarah.

Harusnya komunikasi dibangun dengan lingkup gairah dan dekatnya hubungan kekeluargaan, secara spontanitas dan penuh kepedulian. Misal seorang ayah sedang membetulkan lampu memakai tangga dari bambu, maka tanpa disuruh istri langsung memegangi agar sang suami tenang dan aman bisa mengganti bola lampu yang mati, sementara sang anak juga menanyakan kepada ayahnya "bola lampu yang baru sudah dibawa yah?". Semuanya peduli menunjukkan suasana harmonis dan romantis.

BUKAN RUMAH TETANGGA

Komunikasi yang diciptakan dalam rumah tangga tidak seperti bertetangga, satu rumah (satu atap) secara fisik namun jiwanya seakan-akan tidak berada di tempat, serasa berada di rumah tetangga.

Betapa tidak, bilik dan ruang yang ada dalam rumah tangga seakan menjadi skat, menutup dan membangun ruang privasi, tidak boleh dimasuki oleh orang lain, meskipun orang tua.

Tidakkah dalam rumah tangga yang berada dalam satu atap, hanya badannya saja yang dekat meski tak berhimpitan. Tapi komunikasi dan sosialisasi sangat kaku dan lamban, semua ajakan atau perintah sering dijawab "sebentar" atau penolakan dengan berujar "tidak, tidak mau"

Komunikasi dengan tetangga berarti meminta tolong, dari ruang yang berbeda ada pembatas tembok atau dinding rumah, ada batas kewenangan wilayah dan ada privasi yang tidak boleh ditengok oleh orang lain (tetangga atau siapapun yang bukan penghuni).

Ketika dalam keadaan membutuhkan pertolongan, berkomunikasinya harus lebih keras atau menggunakan alat komunikasi atau harus bertemu muka dengan cara menghampiri ke rumah tetangga.

Komunikasi dan harmonisasi dalam rumah tangga adalah mewujudkan dinamika yang  berjalan secara otomatis, mengadari akan pentingnya saling melengkapi, tolong menolong dalam memudahkan keterwujudan visi misi dalam rumah tangga.

KETERAMPILAN KOMUNIKASI

Untuk mewujudkan komunikasi yang efektif dan menyenangkan dalam rumah tangga dimulai dari gaya komunikasi pasangan suami istri, ada kesadaran bahwa komunikasi adalah bagian penting sebagai pondasi dalam berumah tangga, sehingga ada upaya menata sedemikian rupa dari awal pernikahan.

Ada kesadaran bahwa kesalahan dan banyaknya hambatan komunikasi akan mempengaruhi harmonisassi dalam rumah tangga dan menjadikan rumah tangga seperti neraka, suasana panas sepanjang musim, bahkan musim dingin semakin memanas suasanya.

Kenyataan yang sering berlaku bahwa berkomunikasi dengan orang lain, baik berkaitan dengan pekerjaan atau lainnya lebih manis dibanding dengan percakapan yang ada dalam rumah tangga. Komunikasi dengan orang-orang yang disegani dan diproyeksikan bisa mempengaruhi masa dengannya lebih santun dibanding hubungannya dengan pasangan, anak-anak atau keluarga lain yang dianggap tidak begitu mempengaruhi pekerjaan dan masa depannya.

Padahal, bila disadari dengan menggunakan renungan nurani, maka sejatinya orang yang akan mendampingi kehidupan sepanjang nyawa ditanggung badan adalah keluarga yang ada dalam rumah tangga, bukan orang lain. Mereka ada di sekeliling kita keberadaannya akan menguatkan atau melemahkan bergantung kelekatan komunikasi yang dibangun.

Akhirnya berumah tangga tidak sama dengan rumah tetangga. Berumah tangga adalah senasib sepenanggungan dalam satu rasa di dalamnya.  Prahara rumah tangga harus dirasakan oleh seluruh penghuninya. Kenikmatan yang datang harus terdistribusikan secara baik dan proporsional, dengan demikian maka kebahagiaan dan gairah selalu menyelimuti keluarga yang menjalin komunikasi dengan baik berupa komunikasi verbal dan nonverbal.

 

Rumah Tangga Bukan Rumah Tetangga

Hamim Thohari Majdi

Selasa, 8 Agustus 2023

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun