Tidakkah dalam rumah tangga yang berada dalam satu atap, hanya badannya saja yang dekat meski tak berhimpitan. Tapi komunikasi dan sosialisasi sangat kaku dan lamban, semua ajakan atau perintah sering dijawab "sebentar" atau penolakan dengan berujar "tidak, tidak mau"
Komunikasi dengan tetangga berarti meminta tolong, dari ruang yang berbeda ada pembatas tembok atau dinding rumah, ada batas kewenangan wilayah dan ada privasi yang tidak boleh ditengok oleh orang lain (tetangga atau siapapun yang bukan penghuni).
Ketika dalam keadaan membutuhkan pertolongan, berkomunikasinya harus lebih keras atau menggunakan alat komunikasi atau harus bertemu muka dengan cara menghampiri ke rumah tetangga.
Komunikasi dan harmonisasi dalam rumah tangga adalah mewujudkan dinamika yang  berjalan secara otomatis, mengadari akan pentingnya saling melengkapi, tolong menolong dalam memudahkan keterwujudan visi misi dalam rumah tangga.
KETERAMPILAN KOMUNIKASI
Untuk mewujudkan komunikasi yang efektif dan menyenangkan dalam rumah tangga dimulai dari gaya komunikasi pasangan suami istri, ada kesadaran bahwa komunikasi adalah bagian penting sebagai pondasi dalam berumah tangga, sehingga ada upaya menata sedemikian rupa dari awal pernikahan.
Ada kesadaran bahwa kesalahan dan banyaknya hambatan komunikasi akan mempengaruhi harmonisassi dalam rumah tangga dan menjadikan rumah tangga seperti neraka, suasana panas sepanjang musim, bahkan musim dingin semakin memanas suasanya.
Kenyataan yang sering berlaku bahwa berkomunikasi dengan orang lain, baik berkaitan dengan pekerjaan atau lainnya lebih manis dibanding dengan percakapan yang ada dalam rumah tangga. Komunikasi dengan orang-orang yang disegani dan diproyeksikan bisa mempengaruhi masa dengannya lebih santun dibanding hubungannya dengan pasangan, anak-anak atau keluarga lain yang dianggap tidak begitu mempengaruhi pekerjaan dan masa depannya.
Padahal, bila disadari dengan menggunakan renungan nurani, maka sejatinya orang yang akan mendampingi kehidupan sepanjang nyawa ditanggung badan adalah keluarga yang ada dalam rumah tangga, bukan orang lain. Mereka ada di sekeliling kita keberadaannya akan menguatkan atau melemahkan bergantung kelekatan komunikasi yang dibangun.
Akhirnya berumah tangga tidak sama dengan rumah tetangga. Berumah tangga adalah senasib sepenanggungan dalam satu rasa di dalamnya. Â Prahara rumah tangga harus dirasakan oleh seluruh penghuninya. Kenikmatan yang datang harus terdistribusikan secara baik dan proporsional, dengan demikian maka kebahagiaan dan gairah selalu menyelimuti keluarga yang menjalin komunikasi dengan baik berupa komunikasi verbal dan nonverbal.
Â