Mohon tunggu...
Hamim Thohari Majdi
Hamim Thohari Majdi Mohon Tunggu... Lainnya - Penghulu, Direktur GATRA Lumajang dan Desainer pendidikan

S-1 Filsafat UINSA Surabaya. S-2 Psikologi Untag Surabaya. penulis delapan (8) buku Solo dan sepuluh (10) buku antologi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ketika Anak Belum Dianggap Sebagai Manusia

22 Juli 2023   23:12 Diperbarui: 22 Juli 2023   23:14 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah saru sudut rumah makan menyediakan wahana permainan bagi anak (Hamim Thohari Majdi)

Kota layak bukan saja dambaan bagi anak-anak, namun juga bagi seluruh penghuni kota, betapa tidak! Akan tercipta harmoni dan penuh berkasih sayang.

Sayangnya, dalam praktek kehidupan sehari-hari, masih ada perlakuan kepada anak yang diletakkan dan dilabeli sebagai kelas atau peringkat paling akhir, anak  kelas remeh tak tak memiliki harga diri .

Dapatlah dilihat krtika ada antriann, anak-anak.dengan pandangan kosong, karena parang orang dewasa dan orang tua menuerobot seenaknya, apalagi si anak kurang berani ngegas.

Di ruang kelas,anak-anak belum diperlakukan sebagai dirinya sendiri, para guru memaksa anak untuk menyamakan frekuemsinya, jarusnya gurulah yang mensejajarkan diri dan masuk dalam gelombang anak. 

Begitu pula dalam keluarga, anak-anak dipaksa memakai baju orang dewasa, menjadi lakon atas krmauan orang tua, tanpa memahami dan mengetahui kompetensi yang ada dalam diri anak. Anak dijadikan ajang penebusan legagalan cita-cita orang tuanya. Sehingga banyak anak yang stres, tidak mengikuti arahan orang tua, bahkan melakukan.perlawanan.

PERLAKUKAN ANAK SEBAGAI ANAK 

Memperlakukan anak sebagai anak adalah memahami perkembangan dan kompetensi yang ada pada diri anak, tentu orang tua atau pemilik kebijakan tahu apa yang dibutuhkan anak dalam penyediaan ruang perkembangan, baik berupa sarana fisik maupun perlakuan. 

Di ruang publik harusnya tersedia sarana yang mampu merangsang motorik halus dan motoeik lasar, anak tumbuh dengan segudang impian dan menjel.ajah dalam imajinasi.

Anak-anak menyukai imajinasi hidup dalam ruang bayang yang dibangun dari berbagai i formasi baik faktual atauoun fiksi. 

Biarkan.anak menjelajahi medan dalam dunia yang dibutuhkan, di antaranya adalah kaya warna dan banyaknya tantangan.

HORMATI HAK ANAK

Menghormati hak anak yang paling penting dalam kehidupan sosial adalah turut menyediakan, merawat dan menjaga fasitas umum untuk anak.

Bosa diperhatikan, netapa banyak fasilitas umum yang tersedia bagi anak, tetapi dimanfaatkan oleh orang dewasa dan orang tua, maka v menjadikan anak menjauh, juga cepat rusak karena tidak sesuai dengan kapasitasnya.

Haruanya dan wajib nagi senua turut menyediakan fasilitas anak-anak baik dalam ruang pribadi ataupun.publik.

Hak anak-anak harua ditunaikan, sebagaimana orang tua menagih bakti kepada anak. Bila tidak seimbang antara penuntutan kewajiban dan pemenuhan hak anak, jangan marah dan menyalahkan anak keyika mereka menentang dan mogok diam

 PEMIMPIN LAYAK ANAK

Untuk mewujudkan kota layak anak dibutuhkan pemimpin dan memiliki perhatian.kepada anak, adanya kesadaran bahwa anak adalah penerus masa depan, maka perlu dilakukan upaya sungguh-sungguh dalam memperlakukan anak.

Tidaklah mudah menjadi pemimpin yang dicintai oleh anak, karena mereka tidak memiliki kontribusi secara langsung, bisa jadi pemimpin hari ini yang getol mewunudkan.kota kayak anak, lalu pempin  penggantinya yang menikmati.

Beda dwngan pembangunan orang dewasa langsung bisa dinikmati, melalu saran dan kritikannua serta penggunaan hak suaranya.

Kunci itama menjadikan kota layak anak dimulai dari mindset meletakkan dan mendudukkan anak sebagai ma usia, bukqn topeng bagi orang dewasa dan orang tua.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun