Pencegahan adalah utama daripada mengobati, maka penanganan stunting harusnya sudah dilakukan kepada pada remaja mulai usia sekolah. Hal ini penting untuk melakukan penyesuaian materi, sebab materi sosialisasi tentan stunting dan pencegahan perkawinan dini lebih diperhatikan oleh para remaja tentang pelajaran seks, hal mana ini dijadikan sebagai ilmu dan pengetahuan tentang fungsi alat kelamin, utamanya materi reproduksi remaja. (ada dampat negatif yang ditimbulkan)
Materi sosialisasi perlu direview untuk diadaptasikan dengan generasi milenial yang sudah mengenal seks lebih jauh melalui internet. Oleh karena itu Kementerian Agama memiliki program Bimbingan Perkawinan Remaja usia sekolah (BRUS) Bimbingan Perkawinan Bagi calon Pengantin , begitu juga kementerian kekesatan dan BKKBN.
Sedangkan penangan pasca kelahiran adalah upaya penanganan kasus-kasus stunting yang riil, sudah terjadi. Maka hal ini perlu adanya identifikasi yang cermat agar mendapat penanganan yang tepat.
MELEBUR EGO SEKTORAL
 Sesuai dengan tupoksi masing-masing dinas instansi di tingkat bawah sudah menjalankan program penanganan stunting sesuai dengan arahan dari atasannya, sungguh tidak bisa disangkal semangat dan keseriusannya tidak lagi dapat diragukan sepeti Kantor Urusan Agama (KUA) sudah mengawal calon pengantin di jalan yang benar dan terpenuhinya seluruh sarat penunjang misal adanya periksa kesehatan dari Puskesma dan telah mengisi elsimil  serta melakukan bimbingan atau penasihatan perkawinan.
Begitu halnya dengan Puskesmas menjaring remaja usia nikah dan membekalinya secara terstruktur, mengerahkan para medis melakukan sosialisasi melalui forum resmi dan non resmi.
Sedang Penyuluh Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) mendekati kepada remaja usia kawin agar siap merencanakan perkawinan dengan menunda kehamilan, memperpanjang masa bulan madu menjadi tahun madu.
Usaha-usaha di atas yang dilakukan oleh masing-masing dinas instansi sebagian berjalan sendiri-sendiri, jalannya pasti tetapi belum mencapai tujuan yang sama karena standar dan caranya yang berbeda-beda.
Andai saja di tingkat desa dan kecamatan ada paguyuban atau komunitas peduli stunting yang di dalamnya seluruh dinas instansi serta masyarakat bersatu menyusun rencana dan melangkah bersama-sama, maka hasilnya akan lebih dahsyat dan penurunan angka stunting lebih cepat.
Pertanyaan yang diajukan , dari mana penyatuan ego sektoral ini dimulai, siapa yang harus memulai serta mengkoordinasikan, karena tanpa adannya forum dan penggerak  sangat sulit untuk menyatukan gerak.
Mari membingkai ego sektoral sebagai kekuatan besar dan dinamis sehingga "berat sama dipikul, ringan sama dijinjing", satu merasa sakit maka sakitlah semuanya.Â