Maka anaknya dipaksa sekolah kedokteran agar kelak sang anak menjadi dokter, meski anak tidak memiliki kompetensi sebagai seorang dokter.
Oleh sebab itu adalah diperlukan gerakan menjadi orang tua humanis, peduli dengan masa depan anak, melindungi jiwa raga anak dan hak-hak yang harusnya melekat kepada anak. Sehingga anak tidak merasa sendiri dan mencari kebahagaian di luar rumah.
EKONOMI
Faktor keuangan keluarga turut menjadi salah satu pemicu perkawinan anak. Beban hidup yang berat sementara pendapatan jauh berada di bawah kebutuhan, menjadikan orang tua tidak ingin menanggung lebih lama kebutuhan hidup anaknya.Â
Salah satu jalan adalah menikahkan (hal ini utamanya orang tua yang emiliki anak perempuan) dengan begitu berkuranglah beban yang harus ditanggung, bahkan bisa dikatakan "merdeka".
Keuangan sangat mempengaruhi tingkat pendidikan keluarga, sebagian besar kasus perkawinan anak, latar belakang pendidikan hanya di tingkatan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (setingkat SMP) bahkan hanya lulusan Sekolah Dassar (SD)
Tidak terselesainya pendidikan atau tidak paripurnanya pendidikan seorang tentu bergantung dari keuangan orang tuanya.Â
Ketika anak-anak tidak lagi berada di bangku sekolah sesuai dengan usianya, maka anak tingggal dan besar bersama lingkungannya, mengharuskan diri bekerja daripada menganggur dan dengan bekerja mampu meningkatkan kesejahteraan financial.Â
KESEJAHTERAAN DAN KEMAKMURAN
Kesejahteraan dan kemakmuran suatu bangsa adalah kewajiban pemerintah, dalam konteks lebih luas adanya lapangan pekerjaan yang mampu menampung populasi usia kerja, keterjangkauan daya beli masyarakat, mudahnya akses dan keterjangkuan mendapatkan sesuatu.
Inilah Pekerjaan rumah bersama, di desa-desa harusnya pembangunan mampu menjadikan seluruh anggota masyarakat ekonomi meningkat, paling tidak pembangunan desa mampu menjadi pengantar kelancaran perputaran ekonomi warganya.