Musim hujan, musim air melimpah, bahkan saking melimpahnya mengakibatkan genangan dan banjir. Hal yang menjadi perhatian orangtua adalah menjaga keamanan atap alias tidak bocor dan air tidak masuk rumah.
Pengalaman atap bocor berkali-kali tidak bisa ditemukan muasalnya, karena kejadiannya ketika hujan sangat deras disertai angin kencang, kalau sudah begini, susahnya bukan kepalang, diperbaiki tidak menjadi solusi, dibongkar total perlu waktu dan dana lebih.
Soal air melimpah pada tempat yang tidak diharapkan bisa menjadi bencana sekaligus memberikan peluang kesenangan. betapa tidak bagi orangtua dan masyarakat pada umumnya menjadikan aktivitasnya tidak berjalan normal, harus menyelesaikan terlebih dahulu air yang memenuhi akses jalan. Sementara anak-anak sangat senang bisa bermain air, tidak harus ke sungai atau ke kolam renang.
Beban pikiran anak dan orangtua memang berbeda, anak melihatnya dari sisi kesempatan dan kesenangan, sementara orangtua memandang dari sisi ketidaknyamanan, karenanya diperlukan penanganan.Â
Untuk itu orangtua haruslah memmbuat aturan yang jelas dan tegas kepada anak, bila memang daerahnya selalu diserbu air, apakah orangtua akan memberikan keleluasaan anak untuk bermain air, sehingga orangtua tidak lagi perlu mengawasi, tidak usah melarang, biarkan anak menikmati dunianya sendiri.
Namun bagi orangtua yang tidak menghendaki anaknya bermain air, karena ada ketakutan terserang penyakit akibat air yang tidak bersih dan kurang sehat, maka perlu ada penekanan kepada anak-anaknya dengan memberikan pemahaman yang tepat, sebab anak-anak zaman now selalu membandingkan dengan teman-teman yang ada di lingkungannya "mengapa mereka diperbolehkan oleh orangtuanya"
Orangtua harus kaya argumen, menyiapkan dengan baik dan disampaikan secara baik pula, agar anak bisa memahami apa yang diharapkan oleh orangtuanya, tanpa ragu.
Hindari bersitegang antara orangtua dengan anak, caranya orangtua harus menetapkan tujuan atau apa yang diinginkan anaknya ketika musim hujan tiba.Â
Selaku orangtua yang baik, perlu memberikan pengalaman hidup kepada anaknya, bagaimana serunya bermain air, apakah anak-anak memiliki kekebalan atau justru bikin mudah sakit, tentu kondisi seperti ini disimpulkan dari pengalaman anak setelah bermain air dan berhujan ria.
Janganlah orangtua melarang anak, tetapi tidak pernah membuktikan bahwa larangannya memang betul, bukan prasangka atau ketakutan yang berlebihan. Sebab pengalaman anak akan membuatnya lebih bisa menerima.Â
Bukankah masa anak adalah masa bermain dan masa untuk mencoba apa saja, tanpa dibelenggu rasa gagal atau kesengsaraan. jadikan masa kecil anak sebagai lahan menanam pengalaman, sehingga kelak dewasa mampu membuat simpulan-simpulan keadaan dan cara mencari solusi.
Biarkan anak tumbuh beserta lingkungan dan masanya, agar anak menjadi dewasa sesuai dengan perkembangan fisik dan mentalitasnya.Â
Memang ada kesenjangan perasaan antara anak dan orangtua, anak selalu senang tanpa memikirkan risiko, sedangkan orangtua selalu tegang karena banyaknya pertimbangan.Â
Wahai orangtua tengoklah pengalaman di masa kecil, apa saja yang membuat anda bahagia, hal apa yang menjadikan anda berani. Lalu terjemahkan dalam kebutuhan anak zaman sekarang, sehingga ada ketersambungan rasa antara anak dan orangtua.Â
Orangtua yang baik adalah menularkan pengalaman baiknya kepada anak dan memendam jauh-jauh kesedihan, pun bila perlu dikabarkan kepada anak, tujuannya adalah membuka rahasia sukses orangtua ketika berhadapan dengan masa-masa sulit.
Belajar dari pengalaman menghadapi banjir, apakah yang patut diberikan kepada anak agar mereka paham dan tetap bahagia, tentu hanya orangtuanyalah yang tahu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H