Nyaman berkendara di jalan raya sudah mulai berkurang, saling adu cepat antar pengendara hal biasa, utamanya di kota-kota besar. Begitu pula pada jam-jam tertentu, waktu berangkat dan pulang (sekolah dan ke tempat kerja).
Ayah bunda sering mengelus dada, ketika berkendara tiba-tiba disalip dari kiri, dengan gas kenceng seperti sedang memburu sesuatu atau merasa di lapangan sirkuit. Etika berkendara masih belum menuju kepada puncak kesadaran, memilih tempat dan waktu serta pengawasan.
ATURAN DAN KEBUTUHAN
Para pengendara hari ini adalah produk asuhan 15 sampai 20 tahun silam, pada waktu itu belum banyaknya varian kendaraan bermotor, adanya merek-merek tertentu dan masih menjadi langka orang berkendara. Angkutan umum merupakan  kendaraan masal yang dirindukan, sehingga lalu lalang kendaraan di jalan raya atau jalan desa tidak sepadat sekarang.
Namun saat ini ayah bunda sudah menyediakan kendaraan sejumlah anggota keluarga, agar bisa mandiri untuk memenuhi hajat hidupnya di luar rumah. Maka dapatlah dihitung jumlah kendaraan dan dibandingkan dengan kapasitas jalan.
Untuk bisa menjalankan (mengemudi) kendaraan saat ini sangat mudah dan tidak harus menunggu masa atau usia tertentu, bahkan di desa-desa anak-anak usia kelas 3 SD sudah banyak yang bisa mengendarai motor, hal ini sesuai dengan kondisi dan kebutuhan.
Anak-anak harus bersekolah, sementara kendaraan umum sudah langka, atau kalau jalan kaki sangatlah jauh. Anak-anak desa berkendara untuk membantu orang tua mencari makanan ternak dan kayu bakar serta kebutuhan lainnya.
Harusnya pengendara sudah usia cukup dan memiliki Surat Ijin Mengemudi (SIM), barulah bebas meluncurkan kendaraan bermotornya, namun apa hendak dikata, kebutuhan yang tidak bisa diwakilkan seiring dengan kemajuan teknologi dan ketersediaan kendaraan yang banyak dengan harga terjangkau.
ADA POLISI
Pagi hari ketika jam berangkat sekolah atau ke tempat kerja, kepadatan jalan tak terelakkan, saling berebut dahulu, walau harus mengganggu pengendara lain. Orang tua yang mengantarkan anak ke sekolah tidak kalah gesitnya "ayo ayah cepat, nanti terlambat tidak boleh masuk, atau dihukum". Begitulah rengekan anak-anak yang membisingkan telinga orang tua atau sang pengantar.