Mohon tunggu...
Hamim Thohari Majdi
Hamim Thohari Majdi Mohon Tunggu... Lainnya - Penghulu, Direktur GATRA Lumajang dan Desainer pendidikan

S-1 Filsafat UINSA Surabaya. S-2 Psikologi Untag Surabaya. penulis delapan (8) buku Solo dan sepuluh (10) buku antologi

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Mengasuh Anak Mencintai Semesta

1 September 2022   19:30 Diperbarui: 1 September 2022   19:33 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

Manusia dan binatang adalah makhluk (yang diciptakan) merupakan bagian dari penghuni alam semesta bersamaan dengan makhluk lain untuk melakukan jelajah medan dan menggenapi waktu tayangnya.

Alam semesta dicipta untuk memfasilitasi peradaban yang dibangun oleh umat manusia. Sejarah telah mencatat setiap kerajaan dan setiap raja memiliki jejak yang berbeda sesuai tingkat kecintaannya terhadap penghuni alam semesta. 

Buana terpampang dan terhampar, terkandung keindahan di angkasa, daratan dan lautan. Akhir-akhir ini banyak tereksploitasi kekayaan yang sejatinya untuk kelestarian dan kontinuitas kesejahteraan, nyatanya semakin memperihatinkan, hutan dan sawah telah menjadi hunian (perumahan dan pabrik) panas melanda, hujan mengkhawatirkan menimbulkan banjir.

MENGASUH CINTA SEMESTA

Kerusakan alam saat ini, sebisanya tidak berkelanjutan. Ada jeda dan keinsafan. Bila ditilik dari kepadatan penduduk dan kebutuhan bahan baku dari alam yang tidak bisa diperbarui, maka sangat muskil mencegah apa yang terjadi.

Lalu apa yang bisa dilakukan?  Adalah membangun kecintaan anak muda bahkan balita untuk mencintai lingkungannya. Melestarikan alam, memperbanyak menanam dan memelihara agar keasrian didapatkan.

Merusak jauh lebih mudah dan banyak pengikutnya, sedang memelihara  dibutuhkan jiwa patriot dan tangguh. Walau hidup menggantungkan alam, tidaklah semena-mena semaunya sendiri mengekplorasi kekayaan alam tapi tidak diimbangi dengan meremajakannya.

Mari dipilih anak-anak yang memiliki kecenderungan cinta alam semesta, atau orang tua mendorong dan mengarahkan anak-anaknya berdamai dengan alam. Semesta menjadi pola pengasuhan dan menegakkan cintanya dalam dada kawula muda.

KECERDASAN NATURALIS

Menggunakan  konsep kecerdasan naturalis adalah salah satu upaya pelestarian alam, mempertahankan flora dan fauna hidup bersama umat manusia dalam keterikatan saling memberi manfaat. 

Ayah bunda perlu ketahui, bahwa sudah banyak komunitas pecinta satwa, tanaman bonsai, bunga hias, ikan hias dan lainnya. Hal tersebut menunjukkan tanda mereka memiliki indikator kecerdasan naturalis. 

Dalam ruang lebih kecil mereka membuat miniatur kebun binatang atau kebun bunga. Karena terbatas pada lahan sempit, lalau dilipat dalam  sangkar yang mudah dibawa ke sana ke mari. Keinginannya mengasihi flora dan fauna terganjal biaya dan lahan.

Orang tua perlu mengetahui tanda anak yang memiliki kecerdasan natural. Secara sederhana dapatlah dilihat intensitas perhatiannya kepada alam dan hal-hal yang bersifat alami. Isi semesta menjadi fokus pengembangan nalar dan budi. 

Pada sebuah perjalanan (wisata atau berkunjung) mereka membawa pulang  benda seperti bunga, batu, kayu dan satwa.  Maka orang tua harus paham benda-benda itulah yang membuat anak-anak senang dan bangga. 

Pada kehidupan sehari-hari mereka akan berkutat dengan benda yang dikoleksi, seperti orang dewasa hobi bersepeda onthel (sepeda kayuh) setiap hari yang diperhatikan dan dibersihkan hanya sepedanya.

Anak-anak bermain seperti pakar zoologi, antariksawan, pawang binatang buas dan lainnya. Mereka mampu mengeksplorasi kekayaan alam dalam alam imajinya, seola-olah ada dalam dunia nyata. 

PUPUK AGAR TUMBUH

setiap orang yang menemukan panggung, akan maksimalkan peran mengekspose kompetensinya. Begitu juga ana-anak akan senang bila diasuh dalam dunia yang diimpikan.

Seperti ikan harus hidup di air, maka bila menginginkan anak tumbuh beriringan dengan kecerdasan naturalisnya. Maka jangan pisahkan ikan dari air, anak-anak harus dimengerti dan difasilitasi. 

Biarkan anak mengamati peristiwa alam swperti gunung meletus, banjir, gempa bumi. Mereka akan menelusuri jejak-jejak mengapa dan bagaimana, hingga ingin didampingi meninjau lokasi, mendekat pada peristiwa. Bila orang tua menolak, mereka akan berangkat bersama temannya. Silahkan orang tua memilih. 

Sebagian lain mereka harus pergi ke hutan, pegunungan, suaka marga satwa, hutan lindung. Kegiatan out door  untuk menghilangkan penasaran dan mencari jawab. 

Ingat, orang tua yang baik mampu memerankan diri menjadi teman bagi anak-anaknya, agat bisa masuk ke dunia mereka. Anak-anak merasa senang diperhatikan dan didampingi. Atau mencarikan teman yang memiliki kesamaan minat dan hobi, sehingga anak lega mendapatkan solusi ketika orang tua tidak bisa atau tidak ada kesempatan. 

SERIUS MERAWAT ALAM

Butuh keseriusan dalam menjaga kelestarian alam, pengetahuan berkembang dan teknologi semakin canggih, justru banyak merusak alam. 

Mari memulai dari anak-anak, mengarahkan minatnya dan menggali kecerdasan naturalis, ajak anak-anak lebih dekat dan bersahabat dengan alam. Menumbuhkan kecintaan kepada satwa dan merawat bunga serta pepohonan.

Bukankah alam yang  disatru akan bergejolak dan membuat ulah untuk mencuri perhatian, Ebied G. Ade dalam sebuah lirik menyebut "mungkin Tuhan mulai bosan, melihat tingkah kita, yang selalu bangga dengan dosa-dosa atau alam mulai enggan bersahabat dengan kita, coba kita bertanya pada rumput yang bergoyang" 

Pencegahan ekploitasi alam seakan menemui jalan buntu, usaha rasional dan prosedural tidak tembus, maka.memaknai yang dikatan oleh Ebiet telusurilah dengan non nalar.

Tantangan yang dilontarkan Ebiet harus dijawab secara nyata dengan laku serius merawat semesta.

Tuhan, Kau anugerahkan semesta kepada kami

Lalu apa yang harus ku berikan untuknya

Gunung sudah merata menjadi dataran

Hutan kini sudah gerah tanpa getah

Tapi jangan untuk anak-anak

Biar mereka menanamnya sendiri

Namun tahukah mereka di mana

Tiada lagi sejengkal tanah di rumah

Sandingkan mereka dengan dedaunan.

Biarkan mereka mwnyusuri sungai

Kelak mereka yang merawat

Walau tidak bisa menikmati

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun