Mohon tunggu...
Hamim Thohari Majdi
Hamim Thohari Majdi Mohon Tunggu... Lainnya - Penghulu, Direktur GATRA Lumajang dan Desainer pendidikan

S-1 Filsafat UINSA Surabaya. S-2 Psikologi Untag Surabaya. penulis delapan (8) buku Solo dan sepuluh (10) buku antologi

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Menciptakan Kesejajaran Orangtua dan Anak

16 Agustus 2022   01:08 Diperbarui: 16 Agustus 2022   01:14 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Anak kita, adalah manusia baru yang dihasilkan dari buah kasih biologis istri dan suami, mereka hadir untuk menambah daftar panjang nama keluarga besar kita. Maka dari itu pola pengasuhan harus mengaca kepada kebutuhan diri selaku orang tua dan pengalamannya di masa kanak-kanak.

Harus ada kemajuan dalam pengasuhan anak, karena kondisi dan tantangannya berbeda. Banyak cerita yang disampaikan kepada anaknya "bapak dulu, kalau ke sekolah jalan kaki", "ketika masih di bangku SMA, ibu berangkat ke sekolah sambil bawa dagangan, gorengan buatan si mbah".

Cerita di atas, betul adanya dan tidak mengada-ada, namun masih relevankah cerita itu untuk memotivasi anak atau memberi penekanan kepada anak agar mengikut dan patuh apa yang diperintahkan oleh orang tua serta tidak selalu mengeluh dan menuntut.

Dalam pola pengasuhan ada jenis demokrasi, memberikan kesejajaran antara orang tua dan anak, hak berpendapat difasilitasi bahkan hukumanpun ditentukan bersama sang buah hati.

TAHU DIRI

Orang tua harus mengukur diri sendiri berkaitan dengan beberapa hal yaitu; sudah cukupkah pengetahuan menjadi pengasuh, sudah siapkan menerima kehadiran sang bayi, sudahkah menentukan strategi atau pola pengasuhannya.

Keseriusan orang tua untuk mengasuh anak akan mempertegas jalan lapang dan kesuksesan anaknya di masa depan. Orang tua karus berani membongkar konsep pengasuhan yang berasal dari orang tuanya dan mengkolaborasikan dengan pengetahuan yang baru.

Ada hal yang tidak boleh dilupakan bagi orang tua kewajiban untuk memahami pula tabiat yang melekat pada anak dan hendak diarahkan ke mana. Sehingga anak merasa nyaman dan orang tua riang.

Pemahaman dua arah, paham diri sendiri dan paham anaknya, akan memudahkan proses pengasuhan, melancarkan komunikasi dan pencapai harapan bersama. Karena yang sering terjadi dalam pengasuhan adalah memposisikan anak sebagai obyek, orang tua bebas melakukan apapun untuk anaknya. Kesadaran akan hak asasi kemanusiaan inilah agar anak tumbuh maksimal dan kesalahan anak mampu dimaafkan.

PAHAMI KEBUTUHAN ANAK

Setelah memahami kondisi dan karakter anak, maka orang tua harus mengidentifikasi apa yang menjadi kebutuhan pokoknya dalam pengasuhan dan dalam mendorong tumbuh kembang anak menuju arah positif, semakin dekat dengan Tuhannya, menjadi manusia sejati.

Jenis kebutuhan anak seiring dengan tahapan usianya, karena itu perlakuan kepada anak harus beriringan dengan tingkat pengetahuan dan perilaku anak yang sudah dikuasi, serta keterampilan yang dimiliki.

Orang tua harus banyak belajar bagaimana berkomunikasi dengan anak secara efektif dan menyenangkan, apa saja yang diperlukan dalam upaya membangun komunikasi tersebut. Dengan kelancaran komunikasi akan memudahkan berinteraksi, sehingga gangguan perkembangan anak akan sangat mudah diketahui dan dicarikan solusi oleh orang tuanya.

Bila orang tua telah memiliki anak dan sekarang memiliki bayi lagi, maka perlu diperjelas bahwa kondisi masing-masing anak berbeda, sehingga pola pengasuhannya berbeda pula. Saudara kembar dalam penelitian disebutkan bahwa karakter mereka berbeda walau dalam satu rahim dan satu perasaan orang tuanya.

Hal di atas menunjukkan betapa dalam pengasuhan harus memahami aspek keunikan masing-masing anak. Beda indentifikasi berdampak pada beda penanganan dan arah perkembangan yang diharapkan secara ideal.

BANTU MENGAMBIL KEPUTUSAN

Bagi anak yang sudah bisa berkomunikasi verbal, maka ciptakan komunikasi dua arah, berikan hak yang sama dalam merespon apa yang ditawarkan orang tua, berkaitan dengan hal-hal yang akan dilaksanakan, orang tua harus menggunakan bahasa anak. Orang tua harus beradaptasi dengan keterampilan komunikasi anak, jangan dibalik justru sang anak yang harus menyesuaikan atau memahami komunikasi orang tuanya. Istilah kerennya orang tua masuk ke dunia anak, bukan anak yang dipaksakan masuk ke dunia orang tua.

Anak belum terbiasa memecahkan problem kehidupannya, orang tua harus mampu menggali ide anak dalam menghadapi tantangan, bukan mencekoki atau mengarahkan. Bila terpaksa orang tua yang berperan, maka sajikan beberapa alternatif, agar anak yang memilih, dengan pilihannya sendiri anak akan memiliki tanggung jawab.

Konsekuensi yang timbul atas pilihannya harus dijelaskan di awal, termasuk di dalamnya hukuman yang meski diterima ketika melakukan kesalahan dan hadiah apa yang akan diperoleh bila tercapai harapan orang tuanya.

Membantu anak dalam mengambil keputusan, berarti mengurai apa tantangannya, masalah apa yang dihadapi, beberapa solusi dihadirkan, lalu ambil solusi yang paling mudah dilakukan dan mendesak untuk direalisasikan.

Misalnya anak sedang memiliki masalah dengan temannya, sehingga ada ketakutan dan keintimannya berkurang. Orang tua harus mengenal tanda-tanda kegelisahan anak. Ajak ngobrol, jangan terlalu dipojokkan, beri umpan supaya anak ceritanya mengalir, jadilah pendengar yang baik, kurangi menyela apa yang dikatakan, sehingga tidak membuyarkan pikirannya berselancar.

Dengan kesediaan orang tua menjadi pendengar, membuat anak merasa diperhatikan. Bahkan ada kalanya hanya bercerita anak sudah lega dan plong. Secara alami anak langsung bisa mengambil simpulan dan tindakan. Jadi orang tua hanya memberi stimulus, bagai mana anak membuka kran kemarahan dan upaya balas dendamnya menjadi keramahan dan balas budi.

DAMPINGI KETIKA BERSIKAP

Anak-anak masih polos, belum bisa menjalankan modus secara sempurna seperti orang dewasa.  Perlu didampingi agar terarah. Mereka sering ragu bahkan takut terhadap apa yang akan dilakukan. Akhirnya hanya terpaku dan termenung.

Pada hal-hal tertentu anak ingin menuangkan kreativitasnya, mencoba hal-hal baru, rasa ingin tahunya sedang dalam puncak, maka harus difasilitasi agar bisa mengantarkan pada pengayaan pengetahuan dan keterampilan.

Anak-anak ingin mandiri sesuai tingkatannya, sang balita berusaha sekuat tenaga bisa jalan, sehingga bisa bergerak dan menjangkau tempat yang lebih jauh. Ketika memiliki sepeda baru mereka ingin segera bisa mengendarainya sendiri, berusaha renang di kolam karet, bisa memanah dan lainnya.

Mereka butuh pendampingan, ada yang memberi contoh dan memastikan dengan benar atas apa yang dilakukan. Tapi ingat orang tua yang baik, adalah membiarkan anaknya mencoba setelah diberi pengantar secara cukup. Jangan terlalu mendikte bahkan menaruh rasa khawatir yang berlebihan sehingga anak terkesan tidak dilepas, inilah penyebab anak tidak cepat beradaptasi dan tidak berkembang secara optimal. Biarkan anak jatuh bangun dalam tahap latihan, berikan semangat ketika gagal dan beri pujian saat sudah melewati beberapa sesi latihan dan berhasil dengan baik.

AJAK TERTAWA BERSAMA

Berbagi suka dan duka antara orang tua dan anak adalah keharusan, saat kesuksesan atau kebahagiaan hadir, haruslah dinikmati bersama, bukan kesalahan yang menjadi pusat perhatian orang tua, lalu memberi hukuman dan mengurangkan kepedulian. Kemudian  para orang tua bangga karena bisa memberi hukuman.

Hukuman yang diberikan orang tua, seringkali membekas seperti paku yang tertancap di kayu, ketika paku dicabut maka lubang tetaplah menganga, artinya anak yang sering menerima hukuman akan membawa kekecewaan sepanjang hidupnya dan akan terkenang bila sedang mengalami kedukaan.

Sedangkan keakraban orang tua dan anak yang menyalurkan kehangatan, sehingga anak merasa nyaman, aman dan tenteram. Tertawa bersama bisa muncul karena meraih keberhasilan, kadang juga karena melakukan hal-hal yang konyol yang tidak pernah diduga segelumnya. Misal ketika belajar menanam padi di sawah, tiba-tiba terpeleset dan menjadikan badan berlumpur, lalu disikapi dengan tertawa bareng.

Banyak momen yang bisa menghadirkan canda tawa, tinggal bagaimana orang tua mengemasnya, anak-anak hanya akan mengikuti respon orang tuanya. Bila perlu orang tua selalu mengusahakan situasi yang humoris. Hal ini memang agak sulit bagi orang tua tertentu, tapi bisa dilakukan dengan pembiasaan.

Anak hasil asuhan seperti di atas adalah calon pemimpin, banyak ide-ide, mampu memberi semangat dan menghidupkan suasana. Nuraninya menjadi jernih karena komunikasi bersumber dari nurani orang tua, sesuatu yang dari hati pasti akan sampai dan diterima dengan hati, mengedepankan peri kemanusiaan, akan menjadi manusia yang sejati.

Banyak yang memperlakukan aku seperti orang dewasa

Walau mereka tahu aku adalah bayi dan anak-anak

Aku belum tahu apa saja isi dunia

Aku belum pernah mencoba atas apa yang akan ku lakukan

 Beri aku pengetahuan atas apa yang aku tidak tahu

Tunjukkan kepadaku bagaimana cara melakukan uji coba

Jangan kau katakan salah, karena akan membuatku kecewa

Dorong aku hingga sampai batas mampuku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun