Mohon tunggu...
Hamim Thohari Majdi
Hamim Thohari Majdi Mohon Tunggu... Lainnya - Penghulu, Direktur GATRA Lumajang dan Desainer pendidikan

S-1 Filsafat UINSA Surabaya. S-2 Psikologi Untag Surabaya. penulis delapan (8) buku Solo dan sepuluh (10) buku antologi

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Menciptakan Kesejajaran Orangtua dan Anak

16 Agustus 2022   01:08 Diperbarui: 16 Agustus 2022   01:14 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dengan kesediaan orang tua menjadi pendengar, membuat anak merasa diperhatikan. Bahkan ada kalanya hanya bercerita anak sudah lega dan plong. Secara alami anak langsung bisa mengambil simpulan dan tindakan. Jadi orang tua hanya memberi stimulus, bagai mana anak membuka kran kemarahan dan upaya balas dendamnya menjadi keramahan dan balas budi.

DAMPINGI KETIKA BERSIKAP

Anak-anak masih polos, belum bisa menjalankan modus secara sempurna seperti orang dewasa.  Perlu didampingi agar terarah. Mereka sering ragu bahkan takut terhadap apa yang akan dilakukan. Akhirnya hanya terpaku dan termenung.

Pada hal-hal tertentu anak ingin menuangkan kreativitasnya, mencoba hal-hal baru, rasa ingin tahunya sedang dalam puncak, maka harus difasilitasi agar bisa mengantarkan pada pengayaan pengetahuan dan keterampilan.

Anak-anak ingin mandiri sesuai tingkatannya, sang balita berusaha sekuat tenaga bisa jalan, sehingga bisa bergerak dan menjangkau tempat yang lebih jauh. Ketika memiliki sepeda baru mereka ingin segera bisa mengendarainya sendiri, berusaha renang di kolam karet, bisa memanah dan lainnya.

Mereka butuh pendampingan, ada yang memberi contoh dan memastikan dengan benar atas apa yang dilakukan. Tapi ingat orang tua yang baik, adalah membiarkan anaknya mencoba setelah diberi pengantar secara cukup. Jangan terlalu mendikte bahkan menaruh rasa khawatir yang berlebihan sehingga anak terkesan tidak dilepas, inilah penyebab anak tidak cepat beradaptasi dan tidak berkembang secara optimal. Biarkan anak jatuh bangun dalam tahap latihan, berikan semangat ketika gagal dan beri pujian saat sudah melewati beberapa sesi latihan dan berhasil dengan baik.

AJAK TERTAWA BERSAMA

Berbagi suka dan duka antara orang tua dan anak adalah keharusan, saat kesuksesan atau kebahagiaan hadir, haruslah dinikmati bersama, bukan kesalahan yang menjadi pusat perhatian orang tua, lalu memberi hukuman dan mengurangkan kepedulian. Kemudian  para orang tua bangga karena bisa memberi hukuman.

Hukuman yang diberikan orang tua, seringkali membekas seperti paku yang tertancap di kayu, ketika paku dicabut maka lubang tetaplah menganga, artinya anak yang sering menerima hukuman akan membawa kekecewaan sepanjang hidupnya dan akan terkenang bila sedang mengalami kedukaan.

Sedangkan keakraban orang tua dan anak yang menyalurkan kehangatan, sehingga anak merasa nyaman, aman dan tenteram. Tertawa bersama bisa muncul karena meraih keberhasilan, kadang juga karena melakukan hal-hal yang konyol yang tidak pernah diduga segelumnya. Misal ketika belajar menanam padi di sawah, tiba-tiba terpeleset dan menjadikan badan berlumpur, lalu disikapi dengan tertawa bareng.

Banyak momen yang bisa menghadirkan canda tawa, tinggal bagaimana orang tua mengemasnya, anak-anak hanya akan mengikuti respon orang tuanya. Bila perlu orang tua selalu mengusahakan situasi yang humoris. Hal ini memang agak sulit bagi orang tua tertentu, tapi bisa dilakukan dengan pembiasaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun