Mohon tunggu...
Ha Mim
Ha Mim Mohon Tunggu... Freelancer - Pengamat

Sekedar menyalurkan pemikiran yang terkadang tidak menemukan salurannya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pak Jokowi, The Phenomenon

15 Februari 2024   17:13 Diperbarui: 15 Februari 2024   17:21 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Memasuki pencalonannya untuk kedua kali di tahun 2019, berbagai hujatan, upaya-upaya merendahkan pribadi dan hal-hal tidak patut lainnya kembali menguat agar Pak Jokowi tidak terpilih untuk kedua kalinya. Lagi-lagi upaya itu gagal dan Pak Jokowi terpilih kembali dalam Pilpres. 

Terlepas dari berbagai cerita konspiratif tentang kecurangan sebagaimana biasanya dilakukan oleh pihak yang kalah, Pak Jokowi resmi dipilih rakyat untuk menjadi Presiden. Itupun belum cukup mengentikan upaya stigmatisasi Pak Jokowi sebagai sosok yang tidak pantas menjadi presiden. Bahkan saat Pak Jokowi mengangkat Pak Prabowo yang baru saja dikalahkan dalam Pilpres untuk menjadi Menhan, pendukung Pak Prabowo secara personal melalui postingan-postingan medsos tetap menghujat Pak Jokowi dalam periode waktu yang tidak singkat.

Sepertinya para pendukung Pak Prabowo tidak rela jika pimpinannya, yang seharusnya menjadi presiden, malah merelakan dirinya menjadi menteri yang identik dengan pembantu presiden, membantu orang yang beberapa saat sebelumnya dibenci, dihujat, dicemooh, dicari kelemahannya.

Di sisi yang lain, oleh juragan pemilik partai pendukungnya Pak Jokowi juga diposisikan "hanya" sebagai petugas partai yang harus tetap tunduk pada pemilik partai, beberapa kali di rendahkan dan sengaja diekspose ke ruang publik untuk membangun opini bahwa kekuasaan dan kekuatan sesungguhnya bukan di tangan Pak Jokowi, tetapi di tangan pemilik partai.

Lagi-lagi, semua itu dapat dilalui dengan lancar dan aman hingga akhirnya terjadi titik balik ketika tahapan pilpres sudah dimulai dan lobby-lobby sudah menghasilkan sinyal-sinyal dukungan Pak Jokowi. Orang-orang terdekat Pak Prabowo yang dulu selalu mencari celah kelemahan dan kekurangan Pak Jokowi tiba-tiba die hard mati-matian memuji dan mendukung semua program Pak Jokowi. Di sisi yang berbeda, mereka yang dulu die hard mendukung jokowi tiba-tiba mulai bersuara kritis dan pelan-pelan menjadi semakin nyaring ke arah menghujat.

Kritikan, hujatan dan sebagainya menjadi semakin vulgar saat Gibran secar resmi digandeng oleh Pak Prabowo untuk deklarasi Capres/Cawapres dan bentuk dukungan Pak Jokowi semakin terlihat dengan jelas. 

Dalam politik memang tidak ada kawan dan lawan yang abadi, tetapi bukan itu point menariknya, melainkan kepiawaian Pak Jokowi, Sang Fenomenal, untuk tetap menjadikan dirinya sebagai pemenang, dan membungkam siapapun yang pernah merendahkannya dengan cara dan gaya khas dirinya yang terlihat ndeso dan planga plongo. Seperti kutipan tak jelas namun menarik diawal tulisan ini. "Jika kehadiranku tidak dihargai, makan akan kubuat menyesal dengan kepergianku"

Salut dan hormat untuk Pak Jokowi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun