Mohon tunggu...
Mukhamad Hamid Samiaji
Mukhamad Hamid Samiaji Mohon Tunggu... Penulis - Penulis dan Peneliti

Penulis, freelance, dan design grafis.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mengistimewakan Anak-anak Difabel

1 Oktober 2023   11:00 Diperbarui: 1 Oktober 2023   11:19 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Iya, Kak”

Setelah melihat kejadian itu, saya mencari informasi tentang Dimas pada Bu Guru Ayu. Teryata, si Dimas ini didiagnosis mengalami keterbelakangan mental sulit memahami nilai uang sekalipun ia tahu uang itu dapat digunakan untuk membeli sesuatu, tapi ia belum bisa memahami jumlah uang.

Satu hal yang menarik dari si Dimas ini adalah ia menunjukkan karyanya dengan bangga berupa kipas pendingin gawai yang dibuat dari kipas bekas CPU dan menghubungkannya ke powerbank hingga menyala. Selain itu, ia juga menceritakan telah membuat mobil-mobilan di rumahnya.

 

Ketiga, cerita tentang si Elsa yang mengalami hambatan dalam beberapa kemampuan membantu diri sendiri (self-help). Waktu itu, saya meminta anak-anak untuk membuat patung yang terbuat dari gypsum dan bunga dari kain flannel. Semua teman-temannya berhasil menyelesaikan tugasnya, namun tidak dengan Elsa. Ia memilih untuk tidak menyelesaikannya.  Namun, di balik kekurangannya ia memiliki keistimewaan memiliki rasa sabar yang lebih. Sekalipun di ledek sama teman-teman yang lainnya ia tidak pernah marah ataupun membalasnya.

Masih ada cerita lain di luar sana yang sama seperti peristiwa di atas. Kita barangkali pernah melihat atau mendengar seorang anak yang mengalami kesulitan mengontrol emosi maupun kesulitan dalam belajar terutama di sekolah yang disebabkan oleh gangguan perkembangan dan pertumbuhan atau difable (istilah bagi seseorang yang memiliki keterbelakangan). Akibatnya, banyak anak yang mengalami tekanan oleh tuntunan orang tua yang sering kali tidak sesuai dengan kondisi sebenarnya pada anak. Untuk kasus Joy, Dimas, atau Elsa di atas, ketidaktahuan orang tua akan kondisi mereka dan ketakutan orang tua untuk menerima kenyataan bahwa anaknya memiliki kondisi yang berbeda dengan anak lain mengakibatkan kondisi mereka tidak diketahui sejak dini. Untuk itu, penting bagi setiap orang tua untuk selalu memperhatikan dan mendampingi tumbuh kembang anak dengan baik.

Kita tentu pernah mendengar adanya sejumlah anak yang luar biasa. Mereka tergolong luar biasa karena berbeda dari anak-anak lainnya, baik dalam kemampuan mental, fisik, sensoris, perilaku sosiemosional, komunikasi, dan jenis dari sejumlah kemampuan di atas. Mereka yang luar biasa memiliki “keunggulan” yang juga luar biasa pada satu atau lebih kemampuannya, sering disebut sebagai anak berbakat. Seperti halnya cerita tentang Dimas di atas, misalnya. Sekalipun memiliki keterbelakangan mental, namun di sisi lain ia juga memiliki bakat di bidang mekanik.

Dengan keberbakatanya yang sangat menonjol dibanding anak-anak lain inilah sudah seharusnya mereka mendapat pendidikan yang juga “luar biasa”. Mereka sepantasnya untuk diistimewakan mendapatkan pendidikan yang sesuai dengan kondisi khusus yang dimiliki serta kebutuhan untuk pengembangan dirinya. Namun, untuk memahami berbagai pendekatan yang sesuai untuk anak-anak seperti Joy, Dimas, dan Elsa perlu kita pahami lebih dahulu mengenai keterbelakangan mental seutuhnya. Mulai dari memahami kriteria dalam mendiagnosisnya, mengidentifikasinya sejak dini, pengukuran secara psikologis, faktor-faktor penyebabnya, hingga penanganan yang sesuai untuk mereka.

Dengan demikian, maka harapan anak-anak luar biasa ini bisa terwujud untuk memperoleh hak pendidikan maupun hak-hak lainnya secara utuh dengann mengistimewakannya sedini mungkin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun