Mohon tunggu...
Mukhamad Hamid Samiaji
Mukhamad Hamid Samiaji Mohon Tunggu... Penulis - Penulis dan Peneliti

Penulis, freelance, dan design grafis.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mengistimewakan Anak-anak Difabel

1 Oktober 2023   11:00 Diperbarui: 1 Oktober 2023   11:19 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

“Pada usia empat tahun, Joy bersekolah di PAUD Permata Hati. Pada waktu itu guru di sekolah menyarankan kepada Ibunya agar dimasukkan ke SLB dengan alasan ia sulit meredam emosinya dan banyak teman-temannya yang menangis yang dibuat olehnya. Pada waktu itu Ibunya tidak terima. Ia marah karena ia berpendapat kalau si Joy sama dengan anak normal lainnya. Di rumah, Joy bisa mewarnai, menggambar, dan berbicara dengan baik. Setelah masuk SD, Ibunya baru tersadar dan menerima kenyataan bahwa Joy harus disekolahkan di SLB. Meskipun demikian, Ibu si Joy masih memiliki harapan kalau suatu hari nanti Joy bisa kembali normal seperti anak lainnya.”

Di balik kekurangan Joy, ada satu keistimewaan dari Joy yang membuatku terkagum, yakni setiap kali pulang sekolah ia selalu menyempatkan diri ke ruang guru untuk berpamitan ke semua guru dan mengatakan “Bu, Pak, Joy pulang dulu ya. Jangan lupakan nama baik Joy, ya Bu, Pak”.

Kedua, cerita tentang si Dimas.

Sewaktu istirahat saya melihat Dimas yang asyik menatap beberapa koin uang yang terisolasi di tangannya tapi nampak dipenuhi rasa bingung dan tidak tahu. Akhirnya, saya pun mendekatinya.

“Hai, Dimas. Apa yang sedang kamu lakukan?”

“Ini Kak, aku mau tanya, ini si jumlah uangnya berapa?” tanya Dimas sambil menunjukkan beberapa koin uang yang tersisolasi rapi.

“Oh, ini yang satu jumalahnya sembilan ribu. Lalu, yang satu ini ada empat ribu. Coba jumlahnya berapa?” tanyaku mencoba.

Dimas terdiam dan mencoba berpikir lama.

“Nggak tau kak. Aku ke kantor dulu ya kak mau nukar uangnya sama Bu Guru Ayu”

“Lho, Dimas ingin menukarkan uangnya dengan uang kertas?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun