Mohon tunggu...
Hamid Anwar
Hamid Anwar Mohon Tunggu... Administrasi - PNS Kelurahan

Pegawai kantor yang santai, sambil mengelola blog pribadi http://hamidanwar.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengenang Kyai Hamam yang Fenomenal dari Pabelan

22 Oktober 2020   08:34 Diperbarui: 22 Oktober 2020   09:26 969
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana Shalat Hari Raya di Masjid Pondok Pabelan pada Tahun 80an (dok : akdn.org)

Di saat itu ketika silang budaya antara Muhammadiyah dan NU melebar, Kyai Hamam tampil sebagai sosok yang berada di tengah. Alih-alih berkutat pada perbedaan dalam hal kecil, ia ingin menyampaikan bahwa substansi Islam sebenarnya adalah bagaimana mengimplementasikan Islam dalam hidup dan keseharian kita.

Contoh lain tentang pandangannya yang menarik adalah ketika beliau mengajak beberapa santrinya ke Sungai Pabelan dan ia berujar :

"Batu-batu itu, belum Islam seutuhnya apabila ia belum digunakan untuk membangun Pondok sebagai sarana belajar, atau ia diambil dan dijual dan uangnya dipergunakan untuk keperluan belajar"

Sosok Yang Terbuka

Dari beberapa informasi yang saya baca, Kyai Hamam adalah sosok yang humoris. Seperti kejadian berikut ini :

"Suatu hari, seorang wartawan datang hendak mewawancara Kyai Hamam. Ketika itu, Kyai menyapa dengan sapaan : Halo baju kuning, selamat sore.. Seketika wartawan itu terkejut dan ingin meyakinkan diri : Benarkah, dengan Haji Hamam? Dengan santai Kyai menjawab : Ya tidak salah. Sayalah Hamam"

Atau di lain waktu,

"Seorang pensiunan ABRI yang juga Rektor UNS malam itu ingin bertamu ke rumah Pak Kyai. Tetapi, setelah berkeliling kompleks pesantren, Pak Kyai tidak juga ditemui. Padahal, malam itu Pak Kyai juga tidak ada jadwal keluar. Ternyata usut punya usut Pak Kyai tengah berada di tepian kolam renang milik pondok di pojok desa, yang hampir jadi pembangunannya.

"Gendheng, kowe.. dewean nang kene? (Gila kamu, sendirian disini?) tanya Pak Rektor

"Lha kowe ki sing gendheng lha wong aku nang kene karo jangkrik, kodok, musik alam iki (Lha kamu itu yang gila.. lha wong saya disini sama jangkrik dan kodok, musik alam ini)"

Seketika mereka tertawa terbahak-bahak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun