Pagi setelah dibangunkan untuk sholat subuh biasanya aku balik ke kamar untuk tidur lagi. Kali ini agak kaget dengar suara pintu diketuk2 sepagi ini, biasanya dibiarkan agak siang dikit bangun sendiri sekitar jam 7 lah. Ini masih lumayan gelap kok sudah dibangunin ada apa pikirku, mungkin disuruh pasang regulator kompor gas atau apa yang lumayan urgent.
"kae lho goleki makne Mudu, mbuh ono opo."
(Itu dicari ibunya Mudu, gak tau ada apa) kata ibuku ketika aku baru saja membuka pintu kamar.
Aku langsung menuju ke pintu dapur di belakang karena ibunya Mudu masih menunggu di sisi luar pintu. Belum sempat aku ngomong apa-apa ibunya Mudu langsung bertanya dengan raut wajah yang panik dan suara sedikit gemetar, aku bener-bener ingat wajah yang beneran panik dan seketika langsung menimbulkan pertanyaan besar buatku.
"Mudu turu nang kene pora ?"
(Mudu tidur disini gak ?), tanya ibunya sambil tetap di sisi luar dan masih mengabaikan ibuku yang mempersilahkan untuk masuk dan duduk di dalam.
"Mboten ki, maubengi bali kok jam rolas punjul ning muni arep lewat dalan elor kono. Mosok yo ilang cah gedene semono."
(gak tuh, tadi malam pulang kok jam dua belas lebih tapi bilangnya mau lewat jalan utara. Masa iya bisa hilang anak sebesar itu.) jawabku sambil masih santai aja yang belum merasa curiga dan aneh karena masih belum ilang ngantuknya.
"Bocae ra cerito ro kowe po nek gek duwe masalah opo ngono. Aku samare nek bocahe ki gek nesu ro aku trus minggat wong nggo pit motor barang lungane, wingi-wingi yo apik wae kok nang ngomah ki."
(Anaknya gak cerita ke kamu ya kalau lagi ada masalah apa gitu. Aku khawatir kalau dia lagi marah sama aku trus kabur pakai sepeda motor juga perginya, kemarin-kemarin juga baik saja kok di rumah), dia menjelaskan sambil tetap berdiri di depan pintu dapur.
"Mboten cerito duwe masalah ki, biasa-biasa wae langsung mulih kok." Jawabku