"Bapak nyanyi urang paladang, dong.." ujarnya selama di perjalanan.
Ditengah cuaca yang kurang bagus, mental saya diuji. Saya harus menanjak melalui jalan yang tidak megitu lebar, ditengah gerimis, dengan mobil tua seadanya, mengangkut empat nyawa. Ini adalah ujian nyata bagi sopir debutan seperti saya.
Beberapa kali ada ketersendatan setiap melewati keramaian seperti Pasar Garung, dalam tanjakan, skill setengah kopling haruslah sudah mahir. Apalagi, banyak angkot yang seringkali berhenti dibahu jalan. Harus sabar dan siap kaki pegal.
Ibuk saya berulangkali merapal doa tiap kali jalan berliku dan sangat menanjak. Berharap saya bisa menguasai kendaraan. Dan akhirnya kami pun sampai di Tieng. Kawasan di bawah Dieng. Disana, suasana juga masih gerimis. Ada beberapa jalur yang belum lama diperbaiki karena pernah longsor dan ditutup, beberapa waktu lalu.
Voilaa.. mendekati tengah hari, kami sampai di Dieng!
Akhirnya saya putuskan untuk menuju parkiran dekat Candi Gatotkaca. Disana, ada mushola dan toilet serta beberapa warung. Untung kami membawa payung. Saya sedikit cemas dan khawatir dengan anak saya. Dengan sedikit kecewa, setelah shalat saya mempersilakan ibuk dan budhe untuk berjalan-jalan sementara Saya dan Tika serta Dayu memutuskan untuk beristirahat saja mencari kehangatan.
"Beliin topi guguk.. " Rengek Dayu melihat deretan topi hangat dengan karakter hewan yang dipajang di warung-warung. Saya dan Tika pun harus puas hanya berjalan-jalan di sekitar Museum Kailasa dengan payung dan menggendong Dayu yang kali ini sudah sedikit hangat berkat topi guguk barunya.
**
Makan siang di area wisata ini, terbilang menguras kantong. Untuk dua porsi soto, dan dua porsi mie instan rebus, dan dua teh gelas kecil, kami harus mengeluarkan lima puluh lima ribu rupiah. Harga yang jika di daerah bawah bisa dapat dua kali porsinya. Namun tak apalah.. Bukannya berwisata adalah salah satu cara untuk menghabiskan uang? Hehehe..
Dahulu, saya dan Tika jaman pacaran sudah cukup puas berkeliling Dieng. Kali ini, rencana awal saya adalah mengunjungi Candi Arjuna, Museum Kailasa, Kawah Sikidang, Dieng Plateau Theater, dan berakhir di Telaga Warna. Namun karena hujan yang benar-benar tak pernah reda, kami akhirnya memilih hanya mengunjungi Candi Arjuna dan Plateau Theatre saja. Itu saja, yang ke Candi Arjuna hanya ibuk dan budhe saja. Saya, memilih menghangatkan diri di mobil sambil makan jadah srundeng, bekal dari rumah.