Mohon tunggu...
Hamidah Lutfiyanti Maharani
Hamidah Lutfiyanti Maharani Mohon Tunggu... Programmer - Universitas Islam Negri Maulana Malik Ibrahim Malang

Seorang mahasiswa program studi teknik informatika yang terkadang memiliki cerita untuk dituangkan dalam sebuah tulisan. Suka dalam hal mendengarkan musik.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Skema Keamanan Telemedicine: Meningkatkan Privasi Pasien dalam Pengobatan Telecare di Indonesia

7 Oktober 2023   13:04 Diperbarui: 7 Oktober 2023   13:06 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hampir semua aspek kehidupan manusia dalam era digital yang terus berkembang telah dipengaruhi oleh teknologi informasi, termasuk sektor kesehatan. Pengobatan telecare, juga dikenal sebagai telemedicine, adalah solusi untuk meningkatkan aksesibilitas layanan kesehatan, terutama di daerah terpencil. Namun, meskipun telemedicine memiliki banyak manfaat, itu juga membawa risiko yang signifikan bagi data medis pasien.

Berdasarkan artikel berjudul "Three-Factor UCSSO Scheme With Fast Authentication and Privacy Protection for Telecare Medicine Information Systems" pada jurnal "Ethics and Information Technology" yang diterbitkan tahun 2020 serta ditulis oleh Chien-Lung Hsu, Tuan-Vinh Le, Mei-Chen Hsieh, Kuo-Yu Tsai, Chung-Fu Lu, dan Tzu-Wei Lin yang berbicara tentang rencana UCSSO tiga faktor yang diusulkan untuk meningkatkan keamanan dan privasi sistem informasi pengobatan telecare (TMIS) di Indonesia. Konsep ini masuk akal dan memiliki konsekuensi nyata bagi kemajuan sektor kesehatan Indonesia. Kami akan mempelajari skema ini lebih jauh, mengaitkannya dengan situasi di Indonesia, dan memeriksa implikasi praktis dan metodologi ilmiah yang digunakan.

Konteks Telemedicine di Indonesia

Layanan kesehatan yang merata di seluruh wilayahnya yang luas dan beragam adalah masalah besar bagi Indonesia. Ada perbedaan yang signifikan antara daerah perkotaan dan pedesaan dalam hal aksesibilitas layanan kesehatan. Salah satu alasan telemedicine menjadi solusi yang menjanjikan adalah karena ini. Teknologi memungkinkan pasien di daerah terpencil untuk mendapatkan perawatan medis tanpa harus perjalanan jauh ke kota.

Namun, pengembangan telemedicine juga membawa risiko terhadap keamanan data medis dan privasi pasien. Ini karena data medis adalah informasi sensitif dan penggunaan yang tidak aman dapat menyebabkan penyalahgunaan atau pelanggaran privasi yang serius. Oleh karena itu, penting untuk menemukan solusi yang memastikan bahwa data medis pasien aman dan privasi mereka terjaga.

Skema UCSSO Tiga Faktor

Solusi untuk mengatasi masalah keamanan data medis dan privasi pasien dalam konteks telemedicine adalah Skema UCSSO tiga faktor. Kata sandi, kartu pintar, dan biometrik adalah tiga komponen utama skema yang digunakan untuk otentikasi. Mari kita lihat masing-masing elemen ini lebih dekat.

  1. Kata Sandi

Salah satu metode otentikasi yang paling banyak digunakan dalam sistem informasi adalah kata sandi. Untuk mengakses data medis mereka, pengguna harus memasukkan kata sandi yang benar. Keuntungan dari kata sandi adalah mudah digunakan dan umumnya mudah digunakan. Namun, kata sandi juga menimbulkan risiko jika tidak diurus dengan baik, seperti kemungkinan dicuri atau diretas.

  1.   Kartu Pintar

Kartu pintar merupakan komponen kedua dari strategi ini. Kartu pintar pengguna berisi data otentikasi. Untuk mendapatkan akses ke data medis, kartu pintar ini harus diintegrasikan ke dalam sistem. Karena kartu pintar harus ada secara fisik, mereka menawarkan keamanan tambahan. Namun, kartu pintar dapat hilang atau dicuri.

  1. Biometrik

Biometrik adalah komponen ketiga, yang menggunakan data fisik unik pengguna seperti pemindaian retina atau sidik jari untuk autentikasi. Salah satu keuntungan biometrik adalah tingkat keamanan yang tinggi karena tidak mungkin untuk mengganti atau memalsukan data biometrik. Namun, untuk membaca data biometrik diperlukan peralatan tambahan, yang dapat menjadi masalah dalam beberapa lingkungan.

Untuk membuat lapisan otentikasi yang kuat, metode ini menggabungkan ketiga komponen ini. Pengguna harus menggabungkan data biometrik, kartu pintar, dan kata sandi untuk mendapatkan akses ke data medis mereka. Ini meningkatkan keamanan dan menghalangi kriminal.

Implikasi Praktis Skema UCSSO

Implikasi praktis dari skema UCSSO tiga faktor ini sangat relevan untuk Indonesia dan negara-negara dengan tantangan serupa dalam sistem kesehatan. Berikut beberapa implikasi praktis yang dapat ditemukan dalam implementasi skema ini:

  1.  Perlindungan Privasi Data Pasien

Salah satu implikasi paling signifikan adalah perlindungan privasi data pasien. Dengan menggunakan tiga faktor otentikasi, skema ini memastikan bahwa hanya orang yang berwenang yang dapat mengakses data medis pasien. Ini adalah langkah yang sangat penting mengingat sensitivitas data medis.

  1. Mengatasi Serangan Orang Dalam

Dengan mekanisme yang dikendalikan pengguna, skema ini juga mengatasi risiko serangan dari dalam sistem. Ini berarti bahwa bahkan jika seseorang memiliki akses fisik ke sistem, mereka tidak dapat dengan mudah mengakses data medis tanpa otentikasi yang benar.

  1. Otentikasi Cepat

Skema ini juga memprioritaskan otentikasi cepat, yang sangat penting dalam situasi darurat medis. Kecepatan dalam mengakses data medis pasien dapat berarti perbedaan antara menyelamatkan nyawa atau terlambat dalam memberikan perawatan.

  1. Efisiensi Keseluruhan Sistem

Skema ini telah dibuktikan memiliki overhead yang minimal dibandingkan dengan skema lain yang ada. Ini adalah berita baik bagi sistem kesehatan Indonesia yang sering kali memiliki keterbatasan sumber daya. Implementasi skema ini tidak hanya meningkatkan keamanan tetapi juga efisiensi keseluruhan sistem.

Pendekatan Ilmiah dalam Penilaian Keamanan Skema

Metode ilmiah yang digunakan untuk menilai keamanan skema UCSSO adalah salah satu fitur yang membedakannya. Untuk membuktikan keamanan skema ini, penulis artikel ini menggunakan berbagai teknik dan alat. Mari kita lihat metode ilmiah ini lebih lanjut:

  • Logika BAN: Logika BAN digunakan sebagai salah satu alat untuk membuktikan keamanan skema. Ini adalah pendekatan yang luas digunakan dalam keamanan informasi untuk membuktikan kebenaran keamanan dalam skema otentikasi.

  • Model ROR: Selain logika BAN, model ROR juga digunakan. Model ini membantu dalam analisis logis skema yang diusulkan untuk mengidentifikasi potensi kerentanan atau kelemahan.

  • Toolset AVISPA: Toolset AVISPA digunakan sebagai alat analisis formal untuk menguji keamanan skema. Ini membantu dalam mengidentifikasi kerentanan dan potensi risiko dalam implementasi skema.

Penggunaan metode ilmiah ini menunjukkan bahwa skema ini telah menjalani pengujian dan evaluasi yang cermat, bukan hanya konsep teoritis. Ini memberikan keyakinan bahwa skema ini dapat diandalkan dalam mengamankan data medis pasien.

Perbandingan Kinerja dan Efisiensi

Artikel ini tidak hanya menunjukkan keamanan tetapi juga membandingkan kinerja skema UCSSO dengan skema lain yang terkait. Biaya komputasi yang diperlukan untuk menerapkan skema adalah salah satu elemen yang dievaluasi. Ini sangat penting, terutama bagi pemerintah Indonesia, yang harus mempertimbangkan anggaran untuk pengembangan sistem kesehatan.

Apakah skema UCSSO dengan tiga faktor otentikasi mempengaruhi biaya komputasi secara signifikan? Hasilnya menunjukkan bahwa skema ini aman dan hemat biaya. Ini adalah informasi yang sangat berguna dan sangat mendorong untuk diterapkan dalam sistem kesehatan.

Pekerjaan Masa Depan

Salah satu ide untuk pekerjaan masa depan yang dapat meningkatkan lagi skema UCSSO adalah memasukkan operasi XOR dan fungsi hash hanya untuk meningkatkan kinerja skema. Ini adalah tindakan yang sangat bermanfaat karena dapat meningkatkan efisiensi proses otentikasi, yang sangat penting dalam keadaan medis darurat.

Terdapat saran untuk melihat integrasi teknologi blockchain untuk resistansi tamper dan non-repudiation di TMIS. Ini adalah ide yang menarik mengingat potensi blockchain untuk mengamankan data dan mencegah perubahan data yang tidak sah. Program ini dapat menjadi lebih efektif dalam melindungi data pasien dengan menggunakan teknologi ini.

*

Dengan demikian, artikel ini merupakan bagian penting dari proses pengembangan sistem informasi pengobatan telecare di Indonesia. Tiga komponen skema UCSSO yang disarankan dapat meningkatkan keamanan dan privasi data medis pasien. Artikel ini memberikan implikasi praktis yang sangat relevan untuk negara seperti Indonesia yang sedang bekerja untuk memperbaiki sistem kesehatannya.

Keyakinan akan keamanan skema ini juga meningkat berkat pendekatan ilmiah yang digunakan dalam penelitian ini. Dengan menerapkan skema ini, pemerintah Indonesia dan pemangku kepentingan terkait dapat bekerja sama untuk meningkatkan sistem kesehatannya dan menjaga privasi pasien dan data medis mereka aman. Dengan menjaga keseimbangan antara aksesibilitas layanan kesehatan dan keamanan data medis, Indonesia dapat maju menuju sistem kesehatan yang lebih efektif dan aman untuk semua warganya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun