Mohon tunggu...
hamidah hamidah
hamidah hamidah Mohon Tunggu... Guru - Guru

Saya hamidah seorang guru yang memiliki hobi menulis puisi, dan esai

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Kekuatan Diksi pada Puisi

22 September 2024   20:33 Diperbarui: 22 September 2024   20:37 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

DUNIA TANPA SUARA

Tunggulah mereka tidur lelap semua

Lalu pergilah keluar menikmati

Dunia tanpa suara

Daun tanpa desau

Hati tanpa risau

Hening ...

Bersama K.A.U

            Nursjamsu

            (Bunga Senja dari Jauh, Jakarta: Harapan, 1980)

 

KEKUATAN DIKSI PADA PUISI 

Oleh Hamidah 

Puisi merupakan karya sastra yang mengungkapkan perasaan atau pikiran manusia dengan menggunakan kekuatan diksi sebagai medianya. Diksi adalah pilihan kata yang digunakan sebagai upaya mengekspresikan perasaan penyair. Pemilihan kata dalam puisi dilakukan secara cermat dengan mempertimbangkan rima dan maknanya. Pada puisi yang sering ditulis oleh penyair atau oleh siapapun sebagai penikmat karya seperti salah satu penulis puisi dengan judul Dunia Tanpa Batas karya Nursjamsu, sangat terlihat bahwa penyair mengekpresikan kereligiusannya. Penyair memilih kata yang benar-benar dapat menggambarkan suasana pada puisi tersebut.

Pada baris pertama dan kedua, penyair menggunakan diksi yang biasa namun dapat memberikan kesan pertanyaan kepada pembaca, "Mengapa kita harus menunggu mereka tidur? Apa yang harus kita nikmati?" Diksi yang biasa itu tetap kuat karena secara tidak langsung, puisi tersebut menggambarkan suasana malam hanya dengan menuliskan klausa "tidur lelap semua".

Pada baris ketiga, keempat, dan kelima, penyair menggunakan diksi repetisi, yaitu pengulangan kata "tanpa" yang berarti dunia sepi, daun tidak berbunyi, dan hati tenang. Artinya, ketika malam, segalanya sunyi. Bahkan di baris keempat dan kelimat penyair memainkan rima, yaitu rima "au". Rima ini mengindahkan bunyi dari puisi tersebut.

Pada baris keenam dan ketujuh, penyair menggunakan kata "Hening ..." sebagai bentuk kesunyian dari baris ketiga, keempat, dan kelima. Penyair juga menambahkan tanda titik sebagai bentuk penegasan bahwa malam itu benar-benar hening, sepi, dan sunyi. Pada baris ketujuh, terlihat aspek religinya karena penyair menggunakan kata "Bersama K.A.U" yang berarti bersama Tuhan. Kedua baris ini sangatlah kuat penggambaran suasana malam yang sepi dan religinya.

Dari setiap baris yang ditelaah kekuatan diksinya, dapatlah diketahui maknanya bahwa malam merupakan waktu yang tepat untuk bisa bersama dengan Tuhan. Kesunyian malam akan membuat manusia khusyuk berdekatan dengan Tuhan. Kekuatan diksi dari puisi Dunia Tanpa Batas karya Nursjamsu mampu mengingatkan pembaca untuk bisa mengintrospeksi diri, mencurahkan keresahan, juga berdoa kepada Tuhan di waktu malam melalui shalat tahajud.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun