Mohon tunggu...
Hamida Umalekhoa
Hamida Umalekhoa Mohon Tunggu... Institut Tinta Manuru -

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Perempuan Bukan Barang Publik

5 November 2017   01:53 Diperbarui: 5 November 2017   11:02 5066
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Loka-majalah.com

Sebaliknya, ketika dalam wacana tentang hal-hal yang bersifat biolgis perempuan tidak seharusnya dilabelkan (streotipe) dengan perusak rumah tangga orang ataupun, wanita malam/wanita panggilan (penghibur), serta surga dunia dan lain sebagainya.

Pada label yang demikian, bahkan kaum laki-laki ikut serta memperburuk image kaum perempuan. seakan lupa bahwa mereka yang berkunjung pun sama buruk image-nya. Meminjam sepenggal lirik lagunya Ariel Peterpan "sucikah mereka yang datang?". Menurut saya penggalan lirik ini merupakan ketegasan bahwa ternyata bahwa image buruk di lingkungan sosial bukan hanya semata kaum perempuan tetapi kaum lelaki pun demikian.

Pada kenyataannya, sandiwara sosial yang sengaja dimainkan oleh kaum lelaki untuk membungkus image buruknya. Sehingga pada akhirnya kaum perempuanlah yang menanggung semua konstruksi sosial pada pelebelan tersebut.

Misalkan, salah satu bangunan mewah di Ibu Kota yang beberapa hari ini menjadi wacana semua pihak bahkan viral di sosial media hal ini disebabkan persoalannya terlepas dari kepentingan ekonomi dan politik juga berkaitan dengan tubuh perempuan yang selalu dan selalu diperbincangkan.

Ke-tubuh-an perempuan melalui foto dengan menggunakan pakaian yang menampakkan bagian-bagian tertentu kemudian diilustrasikan sebagai salah satu kesedihan kehilangan akan pelayanan surga dunia.

Sedangkan para lelaki yang datang dengan kapasitas sebagai tamu yang akan dilayani justru dirahasiakan. Ketubuhan perempuan serta-merta dijadikan sebagai kebutuhan kaum lelaki yang berkunjung.

Menurut hemat saya, tidak ada satu orang pun manusia baik laki-laki maupun perempuan di dunia ini yang berkeinginan untuk mempekerjakan organ vitalnya demi mendapatkan sesuap nasi, namun kondisi ekonomi bisa memaksakan seseorang dapat berbuat apa saja untuk mempertahankan hidupnya.

Dengan demikian ketersediaan lapangan kerja mestinya menjadi perhatian semua pihak, bukan malah mendirikan bangunan-bangunan mewah dengan menawarkan jasa perempuan untuk dipekerjakan secara tidak wajar dan menguntungkan sepihak.

Tulisan ini bertujuan untuk mengajak sesama kaum perempuan untuk memerangi ketidakadilan dalam setiap wacana yang mensubordinatkan perempuan secara biologis dalam semua konteks.

Semoga bermanfaat!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun