Mohon tunggu...
Hamida Umalekhoa
Hamida Umalekhoa Mohon Tunggu... Institut Tinta Manuru -

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Maya Jadi Nyata (Iqraini dan Zaman)

1 November 2017   23:10 Diperbarui: 1 November 2017   23:59 885
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Apapun bentuknya, apapun caranya. Media sosial itu sudah menjadi lingkunganku"Kata Pria yang memiliki senyuman paling dingin dikalangan teman-temannya.

Tiada tara mengenal pria pendosa yang mencoba untuk berhijrah, dibeberapa sosial media yang digunakannya menjadi tempat dirinya bersosialisasi, siapa lagi kalau bukan Zaman. Kilah Ikraini didepan layar laptopnya yang masih menyala sedari pagi.

Pria yang bernama lengkap Zaman Zihadi Fisabillah, Zaman yang familiar dengan senyuman yang dingin itu tiba-tiba saja berubah. Akhir pekan ini gelagat pria ini menjadi sedikit galak ketika suaranya dari telpon terdengar seperti orang dengan emosional terhadap suatu masalah. hanya kata terakhir yang waktu itu masih tersimpan sedikit rasa ketidakpuasan, ada apa dengan itu semua?

Kamu lagi ngapain? Kata Iqraini

Aku lagi malas, jangan dulu hubungi aku saat ini. Kata Zaman seberang dengan nada yang sedikit kesal.

Terakhir kata yang keluar dari obrolan beberapa minggu lalu via telepon itu masih membekas dalam ingatan, dan sangat menjadi beban bagi Iqraini.

Selang beberapa minggu, iqrainy berusaha dengan sigap memahami apa sebenarnya yang sedang terjadi pada  pria yang punya senyum manis itu.

Sedangkan Zaman, terus berusaha agar sikapnya yang tidak kurang dari mempermainkan perasaan  temannya. Sikapnya selalu tertutup rapat dengan nada suaranya keras dan bait-bait kalimat yang kurang wajar akhir -- akhir ini.

Iqrhaini Hidayah, nama panjang dari wanita yang terus mencoba untuk memahami sikap zaman,  berharap semua cerita diantara mereka akan berakhir, tanpa peduli akhir cerita nanti menyedihkan ataupun sebaliknya.

Jeritan kedua orang terpelajar yang sesering menguras waktu dan energi saling membayangkan awal terbentuk cerita mereka yang sama sekali tidak terbayangkan sebelumnya. Keduanya adalah anak muda yang berbeda karakternya

Dalam diam, dia membayangkan mungkinkah semua ini adalah skenario Tuhan? Atau justru sebaliknya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun