Mohon tunggu...
Fajrin Hamid
Fajrin Hamid Mohon Tunggu... Guru - Pengajar

Alumni S1 Universitas Islam Madinah Arab Saudi jurusan Dakwah

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sejarah Orang Buton Di Huamual Petuanan Luhu

28 Juni 2024   15:41 Diperbarui: 14 Juli 2024   16:28 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Orang Buton : La yusurie

Dalam menempuh pendidikan masyarakat setempat juga mulai mengakses pendidikan di luar Maluku. Pada akhir tahun 1990 an kampus-kampus ternama di kota makassar mulai menjadi destinasi pendidikan generasi buton Huamual. Ada yang menempuh jenjang Sarjana, S2 dan ada pula sampai tingkat S3. 

Di pulau jawa pun demikian, di kota-kota seperti jogja, malang, bandung, dan jakarta telah menjadi destinasi baru bagi generasi-generasi setelahnya. Walaupun sebenarnya mereka agak terlambat dalam mengakses pendidikan dibandingkan etnis lain di Maluku, akan tetapi keseriusan dan keberhasilan dalam hal pendidikan perlu diapresiasi.

SOSIAL KEAGAMAAN 

Diaspora orang buton di Huamual sejak awal telah membangun hubungan baik dengan negeri setempat. Kedatangan mereka ke huamual juga tidak menjadi masalah bagi petuanan luhu. Toh mereka tinggal jauh dari kampung luhu, yaitu di pesisir seberang seram huamual atau huamual belakang. Di banyak kasus, orang buton lebih suka membangun pemukiman baru ketimbang hidup berbaur dengan pemukiman yang sudah ada. Itu juga salah satu nilai kemandirian orang buton, tidak mau merepotkan orang lain, serta memiliki jiwa merintis. kehidupan keagamaan dan sosial orang buton sedikit lebihnya juga dipengaruhi oleh ajaran-ajaran kesultanan buton. Sopan santun, tatakrama, dan filsofi hidup. Dalam filsofi hidup orang buton terutama buton holimombo mengenal istilah : "tade atadea, lili alilia, kapi aanangkoicu kapiaana lompa". Artinya : berdiri sama-sama, berjalan sama-sama, jadilah seperti anak ikan sembilang dan anak ikan lompa". Lambang persatuan tercermin dari filsofi peribahasa diatas. Ikan sembilang adalah sejenis ikan lele yang hidup di laut, dan sering berkerumun kemanapun mereka pergi. Ikan sembilang selalu berkelompok dalam mencari makan di laut. Filsofi ini sangat tercermin dari pola penduduk masyarakat etnis buton, membentuk komunitas baru dan hidup bersama-sama dengan ikatan kekeluargaan dan persaudaran yang cukup kuat dalam kehidupan mereka.

Dalam hal keagamaan, untuk mengaji Alquran ada beberapa kampung yang telah memiliki guru ngaji, mereka sering didatangi oleh warga sekitar untuk belajar Alquran. seperti di dusun limboro, nasiri dan dusun amaholu. Mereka para guru ngaji itu dahulu adalah murid Kiyai Asyari ulama buton yang pernah mukim di tanah suci untuk berhaji dan menimba ilmu. Kiyai Asyari adalah imam pertama masjid raya Alfatah kota ambon yang wafat sekitar tahun 1983. Beliau dikenal faseh dan teliti dalam mengajarkan Quran kepada murid-muridnya. Beliau tidak mudah memberi izin murid-muridnya untuk mengajarkan Quran kecuali jika telah benar-benar baik bacaannya, termasuk beberapa orang buton huamual yang sempat berguru kepada beliau lalu mendapat izin untuk mengajarkannya lagi ke kampung-kampung pesisir huamual. Bahkan diceritakan Kiyai asyari sendiri pernah datang ke dusun limboro untuk menengok muridnya yang telah memiliki tempat pengajian Alquran.

ASPEK EKONOMI

Sejak kedatangan hingga saat ini ekonomi orang buton di pesisir Huamual masih bertumpuh pada hasil bumi dan laut. Tanaman musiman seperti cengkeh, coklat dan pala menjadi primadona rakyat setempat. Begitupun tanaman seperti sareh, kamangi, lemon, langsat, durian, dan tanaman lain yang memiliki nilai ekonomis. Dan dibeberapa kampung seperti mangge-mangge dan kampung Eliy sektor laut sangat dominan.

 Dahulu pada tahun 70an hingga akhir 90an ada beberapa kapal motor milik warga setempat yang melayani rute pesisir kampung menuju kota ambon. Biasanya kapal motor itu selain sarana transportasi masyarakat untuk ke kota, juga alat untuk mengangkut hasil bumi untuk dijual di kota ambon. Di akhir tahun 90an atau sebelum konflik maluku, rute menuju kota ambon beralih ke pelabuhan tahoku Maluku tengah. Sejak dibukanya pangkalan baru di tahoku, masyarakat pesisir huamual lebih memilih berangkat ke kota lewat tahoku karena lebih cepat. Selain itu, kebutuhan pokok juga bisa diakses lewat pelabuhan tahoku yang bisa datang pada hari itu juga saat perahu balik dari tahoku. Berbeda dengan rute sebelumnya yang bisa berhari-hari untuk membawa barang kebutuhan pokok dari kota.

Selain membawa hasil bumi ke kota ambon untuk dijual, beberapa warga juga rutin menjualkan hasil kebun mereka ke luhu, para petani dari mangge-mangge, talaga, dan daerah sekitarnya sering ke luhu untuk menjajakan jualannya. Bahkan transaksi itu bisa berupa barter jika keadaan memungkinkan. Biasanya yang sering dibarter adalah sagu dari luhu dengan jajanan yang mereka bawa.

Saat ini potensi perkebunan cenderung menurun, sebab banyak diantara mereka yang tidak lagi berkebun, belum lagi minat generasi muda setempat hampir tidak tertarik lagi dengan profesi leluhur mereka yaitu mengurus kebun. Banyak lahan perkebunan yang tidak lagi terurus, apalagi yang jaraknya agak jauh dari pemukiman.

PERJUANGAN ASPEK POLITIK 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun