Hari ini sudah masuk bulan Ramadhan, kita sudah mulai puasa pastinya. Di malam kemarin rasanya jalanan cukup lenggang, semua berbondong-bondong menuju masjid di sekitarnya untuk jalankan taraweh pertama.Â
Meriah memang suasana masjid hari pertama, tak terganggu pasar takjil yang memang belum ada (baru buka lusanya), tak terganggu tumpuan beban kerja (memang libur awal puasa). Suasana ramai ini ingatkan ku suasana di desa, kampung halaman yang jauh di sana.
Yups itulah nasib anak rantau, yang memulai puasa tak bersama orang tua. Ini tahun kesepuluhku merantau, sejak awal kuliah hingga bekerja.Â
Anak rantau mungkin istilah ini masih cocok untukku, walau umur sudah bukan anak-anak tapi status belum sampai di penghulu. Jadi curhat ceritanya. Hehehe
Pastinya di awal bulan puasa ini setiap orang memiliki target masing-masing, entah dalam segi ibadah, kerja maupun materi.Â
Dari segi ibadah misalnya ada yang punya target selalu shalat taraweh di masjid tanpa putus, baca al-quran satu hari satu jus, sedekah setiap hari, iktikaf di 10 malam terakhir bulan ramadhan serta masih banyak target lainnya yang pada intinya untuk meningkatkan iman dan takwa kita kepada Allah Swt.
Adapun target pekerjaan dan materi di bulan puasa sangatlah bereratan. Pastinya banyak orang yang ingin memperoleh pendapatan banyak di bulan ramadhan sebagai persiapan lebaran yang akan datang. Tak heran banyak yang rela kerja lembur untuk penuhi targetnya ini.
Bagaimana dengan target anak rantau ini?
Sebenarnya sangat ingin menjabarkan setiap target baik ibadah, pekerjaan maupun materi di tulisan ini. Namun si anak rantau ini sedikit galau, dalam pikiran enggan rasanya mengumbar target ibadah seperti contoh di atas.Â
Takut riya' (pamer) pada akhirnya, karena riya' ini masalah hati. Dan si anak rantau ini masih sulit menata hati, hanya berhati-hati agar ibadah yang kita laksanakan di bulan puasa tidak hangus laksana api yang membakar kayu bakar karena riya'.