Adzan baru saja berkumandang, berarti waktunya para santri untuk segera bangun dan mengambil air wudhu. Tak banyak waktu yang tersisa, mengingat waktu shalat subuh juga tak panjang. Para santri pun sudah terbiasa bangun pagi dan sudah berjajar rapi di kamar mandi. Memang ada beberapa santri uang menyerobot antrian, namun semua kelihatan maklum karena urusan kebelet harus diutamakan. Dari pada ngombol malah semua santri harus kerja bakti membersihkan nanti.
Sekitar sepuluh menit setelah adzan dan pujian, iqomah dikumandangkan sebagai tanda kalau Pak Kyai sudah memasuki mushalla tuk imami shalat berjamaah. Para santri pun mempercepat wudhu, karena antrian panjang tak heran jika ada beberapa santri yang jadi makmum masbuk alias nyusul saat jamaah.
Seperti biasa setelah shalat bersama -sama mereka membaca wiridan, asmaul husna dan diakhiri oleh doa Pak Kyai. Setelah doa ini para santri boleh melanjutkan dzikir atau boleh juga membaca ayat suci al-quran. Dan hal yang paling dilarang adalah tidur lagi.
Selesai wiridan Pak Kyai terkejut melihat setengah santrinya menghilang. Biasanya ada 50an santri yang sedang mengaji, namun kini hanya 20an, itupun sebagian ketiduran. Tak mau suudzon Pak Kyai memilih kembali ke "ndalem" untuk persiapan taklim pagi.
Sayangnya peristiwa ini terus terulang, bahkan pada hari ketiga yang ikut jamaah hanya setengah santri saja. Karena sudah keterlaluan, dipanggillah Muji salah satu santri untuk mengabsen teman-temannya yang tidak ikut shalat subuh berjamaah dan mereka harus berkumpul di depan "dalem" setelah taklim.
Alhasil berkumpullah 20an santri yang absen jamaah subuh. Semua kelihatan murung, karena malu jika dihukum Pak Kyai. Selang berapa menit Pak Kyai datang dan langsung bertaya.
"Kamu lee kenapa ndak ikut jamaah?"
Si santri hanya pringas pringis enggan menjawab.
"Kok diem ? kalau kamu kemana tadi ?"
Masih diam tak menjawab.
"Ya sudah sekarang kalian ambil daun yang jatuh di halaman sana, jangan sampai ada yang ketinggalan dan setiap santri dipisah, paham"
Belum selesai menjawab Budi, Muhsin dan Edi semburat lari ke halaman. Mereka ingin mendapat daun yang paling banyak sesuai perintah Pak Kyai.
Benar saja setelah lima menit mereka bertiga mendapar daun yang palinga banyak. Edi 25 daun, Muhsin 21 dan disusul Budi 20 daun. Dan santri yang lain hanya mendapat 10 daun karena kalah cepat.
"Bagaiman sudah bersih, sudah dihitung daunnya"
"Sampuuun" Jawab Budi cs yang paling semangat.
Sekarang baca semua baca surat yasin sejumlah daun yang kalian ambil, Budi kamu ambil buku yasinnya di mushalla !
Alamaaak... sahut Budi dan ketiga temannya. berarti mereka akan membaca surat yasin 20 an kali pagi ini. Sungguh, sungguh ... pahala yang banyak hehehe senyum teman-teman Budi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H