Mohon tunggu...
Muhammad Hamid Habibi
Muhammad Hamid Habibi Mohon Tunggu... Guru - Calon guru

Belajar lagi... Belajar mendengarkan, belajar memahami, belajar mengatur waktu, belajar belajar belajar... belum terlambat untuk belajar...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Santri dan Septic Tank Bag. 2: "Hukuman"

20 Desember 2017   14:47 Diperbarui: 20 Desember 2017   14:58 412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Adzan baru saja berkumandang, berarti waktunya para santri untuk segera bangun dan mengambil air wudhu. Tak banyak waktu yang tersisa, mengingat waktu shalat subuh juga tak panjang. Para santri pun sudah terbiasa bangun pagi dan sudah berjajar rapi di kamar mandi. Memang ada beberapa santri uang menyerobot antrian, namun semua kelihatan maklum karena urusan kebelet harus diutamakan. Dari pada ngombol malah semua santri harus kerja bakti membersihkan nanti.

Sekitar sepuluh menit setelah adzan dan pujian, iqomah dikumandangkan sebagai tanda kalau Pak Kyai sudah memasuki mushalla tuk imami shalat berjamaah. Para santri pun mempercepat wudhu, karena antrian panjang tak heran jika ada beberapa santri yang jadi makmum masbuk alias nyusul saat jamaah.

Seperti biasa setelah shalat bersama -sama mereka membaca wiridan, asmaul husna dan diakhiri oleh doa Pak Kyai. Setelah doa ini para santri boleh melanjutkan dzikir atau boleh juga membaca ayat suci al-quran. Dan hal yang paling dilarang adalah tidur lagi.

Selesai wiridan Pak Kyai terkejut melihat setengah santrinya menghilang. Biasanya ada 50an santri yang sedang mengaji, namun kini hanya 20an, itupun sebagian ketiduran. Tak mau suudzon Pak Kyai memilih kembali ke "ndalem" untuk persiapan taklim pagi.

Sayangnya peristiwa ini terus terulang, bahkan pada hari ketiga yang ikut jamaah hanya setengah santri saja. Karena sudah keterlaluan, dipanggillah Muji salah satu santri untuk mengabsen teman-temannya yang tidak ikut shalat subuh berjamaah dan mereka harus berkumpul di depan "dalem" setelah taklim.

Alhasil berkumpullah 20an santri yang absen jamaah subuh. Semua kelihatan murung, karena malu jika dihukum Pak Kyai. Selang berapa menit Pak Kyai datang dan langsung bertaya.

"Kamu lee kenapa ndak ikut jamaah?"

Si santri hanya pringas pringis enggan menjawab.

"Kok diem ? kalau kamu kemana tadi ?"

Masih diam tak menjawab.

"Ya sudah sekarang kalian ambil daun yang jatuh di halaman sana, jangan sampai ada yang ketinggalan dan setiap santri dipisah, paham"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun