"Permisi ya ustadzah, kami masuk dulu!", sahut si bapak.
Pemandangan yang luar biasa pagi ini semoga menjadi keberkahan untuk kami semua.
Jiwa-jiwa yang diberi amanah sebagai guru, sumber ilmu, dan tentu sumber kasih sayang sebagai pengganti ayah dan bunda di rumah.
Si bapak masih sabar menunggu di bangku ruang makan dengan senyum tulusnya.
"Maaf ust, saya menunggu dia tenang dulu", tutur si bapak lembut.
Aku tidak mampu mengucapkan kalimat apapun, hanya membalas dengan senyuman. Segera aku menyapa si gadis istimewa dengan candaan. Dia tersenyum dan membalas candaanku dengan menjejakkan kakinya.
"Andai aku punya kesabaran tak berbatas, dan ikhlas tak berbalas seperti di bapak dalam pandanganku. Maka hidup ini akan menjadi akhirat pertama yang sungguh menyenangkan".
Terima kasih Rabb ...
Terima kasih bapak dan si gadis istimewa
Kalian adalah guru terbaik hari ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H