Akidah adalah sebuah fondasi akhlak yang paling dasar. Dalam Islam, akidah ini berarti keimanan kita kepada Allah SWT. Tokoh utama dalam keluarga yang memiliki kekuatan besar untuk menanamkan akidah adalah sang ayah. Karena ayah adalah sosok pemimpin, pelindung, dan bijaksana, Â yang diharapkan keberadaannya akan menenangkan setiap orang dalam keluarga.
Dalam al-Qur'an tema pengasuhan disebutkan 17 kali berupa kisah dialog antara orangtua dengan anak. 14 kali menyebut ayah, 2 kali menyebut ibu, dan 1 kali tidak disebutkan (ditafsirkan dialog bersama kedua orangtua). Kali ini kita kita akan mengambil tiga kisah dalam al-Qur'an yang masing-masing memiliki keistimewaannya.
Pertama, kisah pengasuhan nabi Ibrahim AS. Siapa yang masih meragukan keteguhan iman nabi Ibrahim AS? Proses pencarian sang Pencipta yang dilakukan beliau, sungguh tidak akan ada bandingnya. Ibrahim meragukan kepercayaan leluhur dan berani berseberangan dengan ayahnya sendiri, sang pembuat Tuhan (patung). Hingga ia pun harus berhadapan dengan sang raja, dibakar hidup-hidup, dan tetap diuji dengan penantian panjang generasi penerusnya.
Dikala amanah sebagai seorang ayah telah diemban, nabi Ibrahim pun harus meninggalkan putera yang teramat disayangi. Peran siti Hajar sang ibunda, menceritakan kehebatan dan kegungan budi pekerti sang aya,h melekat dalam sanubari sang anak, Ismail. Hingga pada suatu hari pertemuan yang dinantikan pun tiba. Kebahagiaan yang baru dirasakan kembali diuji dengan perintah Allah SWT.
Dialog dilakukan antara ayah dan puteranya, "Anakku, ayah bermimpi mendapatkan perintah untuk menyembelihmu sebagai bukti rasa cinta ayah untuk Allah SWT".
Dengan tenang sang putera kesayangan menjawab kalimat ayahnya dengan sangat tenang, "Ayahku, jika itu perintah Allah SWT, maka mari kita laksanakan. Insha Allah kita akan termasuk sebagai golongan orang-orang yang baik".
Rasa cinta nabi Ibrahim kepada Allah SWT, menyandarkan segala sesuatu kepada-Nya, menyambungkan rasa cinta seorang ayah kepada puteranya dengan do'a-do'a, bahkan sebelum kelahirannya.
"Rabbi Hablii minas Sholihin", Ya Rabb ... anugerahkanlah hamba anak yang sholeh. Do'a dan ketaatan ayah kepada sang Pencipta, melahirkan generasi yang sholeh, sabar, santun, bijaksana, dan mencintai Allah SWT.
Nabi Ibrahim AS telah menjadi ayah yang meletakkan akidah kuat dalam diri putera-puteranya. Menjadi ayah yang bisa berdialog dan tokoh idola dalam ketaatan kepada Allah SWT sang Maha Pencipta.
Kedua, kisah pengasuhan nabi Ya'qub. Profil nabi Ya'qub dikenal sebagai pribadi yang lembut hati, kasih sayang kepada semua puteranya, kesabaran yang luar biasa, tunduk kepada Allah SWT dengan tingkat tawaddhu' yang super, mudah memaafkan, sangat pandai menjadi pendengar, dan mampu mendo'akan orang-orang yang berbuat tidak baik kepadanya.
Ketika Yusuf kecil sangat suka bercerita, sang ayah (nabi Ya'qub) selalu memperlihatkan antusiasnya dalam mendengarkan kisah puteranya. Nabi Ya'qub mengenal dengan baik semua kepribadian puteranya. Ketika Yusuf kecil bercerita tentang mimpi-mimpinya sang ayah mengajarkan dua hal kepadanya; mengenal potensi diri dan menjaga rahasia.
"Yusuf, sepertinya kamu akan menjadi ahli takwil mimpi. Dan simpanlah kisah yang ini (kisah 11 bulan dan matahari bersujud Q.S Yusuf : 4) dari saudara-saudaramu".
Sang ayah melihat bakat dan potensi puteranya, serta mengajarkan ada hal yang tidak bisa dibagi dengan semua orang. Karena sang ayah sangat mengenal kepribadian keluarganya. Rasa sayang kepada anak, melahirkan rasa sayang yang luar biasa anak kepada ayahnya. Sehingga Yusuf sendiri memiliki kebiasaan memanggi ayahnya," Yaa Abatii" ditafsirkan dengan "Wahai ayahku" dengan perasaan terdalam.
Dalam perjalanan kehidupannya, Yusuf memiliki dua ujian yang berat; ujian pertama dimasukkan ke dalam sumur oleh saudaranya dan menahan godaan syahwat dari siti Zulaikha. Allah SWT menunjukkan kehidupan yang gelap dan sempit saat Yusuf ada di dalam sumur, ketika ia memanggil ayahnya dan berdo'a kepada Allah SWT, Allah mengirimkan pertolongan yaitu para penggembala yang membutuhkan air, dan Yusuf bisa keluar dari sumur tersebut.
Ujian kedua, ujian syahwat adalah ujian yang lebih besar dari ujian gelap dan sempitnya sumur. Bagaimana tidak, ketika Yusuf digoda Zulaikha, sesungguhnya dalam hatinya Yusuf pun tergoda. Allah SWT menampakkan wajah ayahnya di dinding kamar, seketika itu syahwatnya turun dan ia mengingat semua pelajaran hidup yang diberikan sang ayah, ia berdo'a kepada Allah dan memohon ampun atas kelalaiannya.
Sungguh, rasa kasih sayang sang ayah dan keteladannya dalam akhlak mulia telah menjadikan soerang putera seperti Yusuf mampu mengatasi setiap persoalan hidupnya.
Ketiga, kisah pengasuhan Luqman. Luqman, sang penggembala, lelaki bertubuh pendek, hitam, dan digambarkan tidak ada istimewanya secara penampakan fisik tetapi menjadi sebuah nama surat dalam kitab suci Al-Qur'an, khusus surat Al-Luqman. Setiap ayatnya detail menceritakan dialog nasehat sang ayah kepada puteranya.
Menurut beberapa sumber, Luqman dikaruniai usia yang cukup panjang dan pernah hidup bersama di masa beberapa Nabi seperti Daud dan nabi Idris. Allah SWT memberikan hikmah pada diri Luqman, kecerdasan ilmu tanpa hikmah, maka tidak akan menyempurnakan amalannya.
Pada suatu ketika, beberapa orang yang melihat peristiwa Luqman yang selalu didengarkan oleh sekitarnya, bertanya;
"Hai, bukankah engkau adalah si penggembala itu? Apa rahasianya sehingga kamu dihormati dan didengarkan?"
"Berkata BENAR atau DIAM pada sesuatu yang tidak memiliki manfaat"
Sungguh lelaki sederhana itu mampu menjadi istimewa karena perilakunya, pemahamannya pada ajaran para nabi ia terapkan dalam hidupnya dan anak-anaknya.Pelajaran Luqmah untuk puteranya adalah; tidak menyekutukan Allash SWT (ayat 13), menghormati dan taat kepada kedua orangtua (ayat 14-15), melibatkan anak dalam ibadah dan amar ma'ruf nahi munkar (ayat 17), dan hidup sederhana (ayat 19).
Sekarang, mari kita lihat diri sendiri. Kita hitung prestasi-prestasi kita, baik yang diakui orang lain ataupun segala hal yang membuat kita lebih baik. Kemudian kita lihat kelebih dan kekurangan kita, adakah salahsatu atau semua sisi kekurangan kita mampu melahirkan prestasi kita?
Dalam dunia pendidikan, ketika kita menemui anak yang memiliki kekurangan dan kita ingin mengubahnya menjadi pribadi yang berprestasi, waktu, fisik dan mental kita akan terasa lebih berat. Tetapi, jika kita fokus pada kelebihan anak dan membantunya meniti langkah prestasi, ini akan jauh lebih mudah untuk anak dan orangtua. Secara psikologi positif, semua piha akan lebih ringan untuk menjalani kehidupannya.
Karena TIDAK MUNGKIN sisi negatif dari kita akan menjadi sebuah langkah KESUKSESAN kita.
Oleh karena itu, maka para ayah mari kita kembali melihat diri kita, lebih banyak belajar ilmu pengasuhan dari para ayah terbaik yang ada dalam Al-qur'an dan Rasulullah SAW. Dan bersama para bunda, menjalinkan kasih sayang untuk lebih mengenali kepribadian anak, menjadi pendengar, memberikan nasihat, dan menjadi tauladan yang baik untuk putera-puteri kita semua.
Waalahu 'Alam bi Shawab ...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H