Mohon tunggu...
Hamdiyatur Rohmah
Hamdiyatur Rohmah Mohon Tunggu... Guru - Guru Sekolah Alam Insan Mulia Surabaya, penulis artikel di majalah LPMP Jawa Timur, Nara Sumber Radio Suara Muslim Surabaya (93.8 FM)

I am a teacher, trainer, and speaker

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Gaya Gaul Remaja Muslim

9 Mei 2019   14:50 Diperbarui: 2 Mei 2020   07:58 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sedangkan untuk memberikan penjelasan kepada anak-anak usia SD aturan pergaulan dalam agama Islam ini perlu diterjemahkan dengan hal-hal yang lebih riil. Misalnya, karena kita beda ayah dan ibu, maka kita akan mudah beda pikiran, jadinya bertengkar, dan lain sebagainya.

Untuk anak usia ABG penolakan atas aturan agama terkadang juga masih cukup kental. Pendekatan sebagai teman curhat dengan pengetahuan agama adalah cara yang bijaksana. Kisah keutamaan perempuan, tanggung jawab laki-laki, mengajak berpikir resiko nama baik keluarga, dan masa depan mereka akan bisa menjadi pintu masuk diskusi.

Pendidikan agama di keluarga menjadi utama sebagai dasar pemahaman anak dalam meyakini agama sebagai jalan hidup yang benar.

Studi kasus (spesifik dan umum)

Kasus-kasus yang beredar di media sosial, media informasi lainnya tidak bisa kita abaikan. Kasus-kasus tersebut tidak pernah diharapkan oleh kita semua. Untuk menumbuhkan kesadaran bahwa kasus-kasus tersebut jangan sampai menimpa kita, maka remaja perlu diajak dan dilibatkan diskusi agar mereka mampu berpikir dari beragam sudut pandang, mencoba memahami masalah, dan berempati atas peristiwa yang terjadi.

Sedangkan untuk kasus yang khusus, misalnya diri sendiri atau teman yang mengalami masalah pergaulan, maka menjadi pendengar yang baik dan tidak menyimpulkan terlebih dahulu bisa menjadi metode pendekatan untuk membantu anak-anak remaja.

Dari penelitian sederhana yang saya lakukan, wawancara dengan banyak pihak yang tidak boleh saya sebut, sumber masalah dari penyimpangan adab pergaulan adalah dari gadget. Media sosial menawarkan banyak informasi tanpa saringan, perang di media tanpa merasakan efek fisik pada awalnya, menjadikan para remaja tidak sadar bahwa yang diserang media adalah mindset mereka. Cara pandang mereka tentang sebuah masalah diputar balikkan, hal yang seharusnya dijauhi menjadi sesuatu yang biasa. Ada juga yang dibully di media pun hingga tidak terasa, karena ia juga membalas dengan hal yang sama. Jika kewajaran pada hal-hal yang "bahaya" sudah ada dalam cara berpikir para remaja? Maka, sesalpun tiada guna. Dan hasil wawancara menunjukkan bahwa 98% anak remaja sudah mengakses situs-situs dewasa. Semoga ini tidak dianggap wajar dan biasa. 

Para orangtua, keluarga, kerabat, lingkungan, guru dan sekolah sesungguhnya memiliki kewajiban yang sama hanya berbeda cara dan fungsinya. Oleh karenanya, untuk menggaungkan "Adab Pergaulan" yang sesuai dengan aturan agama, kita tidak bisa sendirian. Harus saling mengisi kekosongan dan menggunakan kelebihan/kemampuan kita untuk menyelematkan generasi ini.

Membangun kesadaran "resiko gaul"

Segala sesuatu yang terjadi dan kita jalani selalu menyimpan hal negatif dan positif. Memutuskan sesuatu memiliki resiko berhasil dan gagal, dipuji atau dicela, terpuruk atau bangkit, dan ini bukan hanya untuk diri sendiri. Tetapi ada keluarga dan rangkaian kehidupan lainnya yang perlu kita sampaikan kepada para remaja.

Salah mengambil langkah akan salah dalam menentukan masa depan mereka. Kasus pergaulan bebas saat ini seakan sudah lengkap, media yang sangat terbuka memiliki peran yang luar biasa dalam penanganan kasus-kasus tersebut. Setidaknya media harus ingat bahwa ada banyak usia yang mengakses apapun yang mereka tulis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun