"Gue mau ikut ke rumah Kadut," ucap gue spontan.
 "Eh...." ungkap kawan-kawan gue serempak.
 "Rumah lo ibaratnya di kanan dan lo jalan ke kiri, jauh Za," ucap Adul.
 "Lo bawa gir kan?" tambah Sani.
 "Enggak, gue gak punya senjata, pake batu aja bisa," kata gue santai.
 "Gak papa, kita coba uji solidaritas ama keberanian anjing 1 GBX hari  ini," ungkap sosok kecil dengan ikatan bandana biru di kepala, Mudi  namanya, basis Pondok yang gak sejalur dengan Rebo namun gak kalah  danger karena melintasi tepat di muka sekolah swasta rival abadi kami.
 "Oke kita berangkat, 1 GBX anjing!," ujar Sani semangat.
 Terhitung ada 15 murid kelas 1 GBX yang akan gabung, kini kita sibuk  berbincang tentang jati diri basis masing-masing dan basis apa saja yang  akan direncanakan untuk mereka masukin. Tercatat ada basis Rebo,  Pondok, Trans, Keramik, Gede, Pal, Raya dan terjauh basis Kramat.  Kecuali gue, secara arah rumah gue yang balik bertolak belakang, mereka  ke arah jantung Jakarta sementara gue menjauhi. Gue butuh basis, tapi  masa iya sendiri. Setelah melalui 3 mata pelajaran dari total 4 karena  guru Kimia kami gak hadir, waktu bubar kelas pun tiba dan kami pun bersiap. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H