"Hai....Sebulan yang lalu berat badanku 12,5 kg. Dua minggu kemudian naik lagi 0,75 kg karena suka mengemil. Namun berkat SKJ rutin, aku kemarin turun 4/5 kg. Berapa berat badanku sekarang ya, kamu tahu?"Â ujarnya manja.Â
Dimasa ini kami sering bersama, tumbuh dimasa Sekolah Dasar ini berarti belajar memahami dunia dan manusia, hingga dia memberiku sebuah rahasia, sebuah rahasia yang memudahkan dan menyederhanakan hidup di dunia dan selaras dengan manusia, ya... dia membisikkan padaku dengan kata,
"Hai....pakalilah ini, Rumus namanya".
Ahh, Aku suka mendengarnya....darinya pula aku mengetahui banyak rahasia, darinya kutahu cara membaca isi hati lingkaran, cara bergandengan tangan dengan kubus, juga rahasia agar di peluk oleh limas. Dalam suatu peristiwa, dia menghiburku dengan memetik jari-jari dan mengetahui luas lingkarannya. Suatu ketika pula, dia menarikku, membawaku lari melesat cepat dari Hektometer ke Kilometer, melesat dengan 100 lompatan, ini luar biasa ungkapku. Aku rela bertemu dengannya setiap malam, setiap pagi, setiap hari, rasanya ingin kubermain selamanya.
No 2 Seragam Putih Biru
Gejolak diantara kami mulai timbul. Dia mulai marah dengan surat-suratnya, telebih dalam surat yang kuterima dalam Ujian Akhir Sekolah Dasar. Dia berteriak, kerjakan dalam tempo 90 menit. Apakah aku berhasil membalasnya, ya akhirnya aku berhasil walau tidak sempurna.Â
Masa peralihan Sekolah Dasar menuju Sekolah Menangah itu menyenangkan, ada jeda kira-kira empat bulan masa libur. Masa-masa itu aku mulai melupakan dia, lebih sering kubersama teman baru. Lama-kelamaan samar dan asing nama dia bagiku dan semakin asing.
Putih biru, ya akhirnya aku secara resmi memakai seragam ini. Dengannya aku mulai lupa dan sungguh benar lupa. Justru, kini aku mulai akrab dengan sering bersurat dengan yang lain. Yang tidak butuh keseriusan, yang hanya butuh rangkaian kata retorik.Â
Aku boleh lupa, namun tidak dengannya, surat-surat tetap berdatangan, sedang aku acuh tak acuh. Surat-suratnya enggan kubalas, aku lebih mengandalkan kawan yang ternyata lebih suka padanya, aku pasrah tanpa cemburu ketika kawanku menulis surat balasan.Â
Oh, kau mulai banyak idola ternyata. Lama-lama suratnya dahulu yang kuingat sedikit demi sedikit mulai berhamburan keluar pikiran, lepas bak burung yang bebas ke angkasa.
Sampai suatu ketika, sebuah kejadian membuat kita bertengkar hebat, dia tahu, ya dia tahu bahwa aku tak benar-benar membalas suratnya. Dia tahu kawankulah yang membalas bukan diriku dengan coretanku yang khas ceker bebek.Â