Matanya melahap pantulan lampu jalanan yang melompat dari butir-butir salju
Jari-jari tangannya masih enggan berpisah dengan sebatang kuas
Api di dada membuatnya mati rasa untuk sementara
Belum cukup waktu yang ia habiskan untuk mencubit separuh suasana ke dalam kanvas di hadapannya
Dialah pelukis malam
Memotong helai-helai malam
Kemudian merajutnya menggunakan kuas dan kanvas
Ada dua kali 365 potongan malam ia koleksi
Tanpa ingin terlewati satu saja
Bukan tanpa sebab
Ia hanya ingin malam tetap menjadi malam
Tanpa terdistorsi senja, sunrise dan sejenisnya
Dia pelukis malam
Membanggakan kesunyian dan penyelaman jiwa
Dia pelukis malam
Bersujud dengan karya-karyanya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2HBeri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!