Mohon tunggu...
Hamdanul Fain
Hamdanul Fain Mohon Tunggu... Penulis - Antropologi dan Biologi

Membuat tulisan ringan. Orang Lombok.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Pelukis Malam

14 Juli 2024   00:44 Diperbarui: 14 Juli 2024   06:16 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Matanya melahap pantulan lampu jalanan yang melompat dari butir-butir salju

Jari-jari tangannya masih enggan berpisah dengan sebatang kuas

Api di dada membuatnya mati rasa untuk sementara

Belum cukup waktu yang ia habiskan untuk mencubit separuh suasana ke dalam kanvas di hadapannya

Dialah pelukis malam

Memotong helai-helai malam

Kemudian merajutnya menggunakan kuas dan kanvas

Ada dua kali 365 potongan malam ia koleksi

Tanpa ingin terlewati satu saja

Bukan tanpa sebab

Ia hanya ingin malam tetap menjadi malam

Tanpa terdistorsi senja, sunrise dan sejenisnya

Dia pelukis malam

Membanggakan kesunyian dan penyelaman jiwa

Dia pelukis malam

Bersujud dengan karya-karyanya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun