Mohon tunggu...
Hamdanul Fain
Hamdanul Fain Mohon Tunggu... Penulis - Antropologi dan Biologi

Membuat tulisan ringan. Orang Lombok.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Durian

4 Desember 2017   06:26 Diperbarui: 4 Desember 2017   08:35 519
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

(I)

Digemari, lezat nan harum

Lembut di lidah

Ketagihan dibuatnya

Biarpun susah payah

Tangan tercucuk duri

Tetap dicari

Ialah durian

Buah primadona tanah nusantara

(II)

Nafsu terpuaskan

Dompetmu lemas mengempis

Durian si primadona memang tak mau dijual murah

Tapi tak ada yang marah

Bukan serakah

Begitu merekah

Aroma memikat di lidah

Dan tersenyumlah para penjaja durian, dompetnya menggelembung

(III)

Dari Sumatra sampai Nusa Tenggara

Ujung barat ke ujung timur

Serbaneka buah durian

Khas, mari kau coba satu-satu

Itulah secuil kekayaan Indonesia

Buah berkulit dedurian

Enak rasanya mantap baunya

(IV)

Eh, jangan sangka semua gemar

Ada juga yang gemetar

Jika mencidu si buah berkulit duri tebal

Mual,

Duh,

Sayang sekali

Pusing kepala, melilit lambung

Alergi

(V)

Durian oh durian

Pokok tanaman gagah menjulang

Akar kuat mencengkeram

Patutlah jadi pencegah erosi

Agar kita tak emosi

Kepada mereka yang hobi menebang sembarangan

Biji enak dipanggang

Di waktu senggang

Kulit berduri obat panas perut
Jadi pupuk di padang rumput
Daun lebat senanglah hati
Berteduh di kala bertualang
Susuri kebun durian di pinggir hutan
Syukur Tuhan anugerahkan, banyak manfaat durian mari digali

(VI)
Coba lihat ia berkulit duri, berdaging buah lembut
Biarlah tampang sangar tapi hati penyayang
Agar engkau digemari
Satu tauladan dari si buah durian

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun