Mohon tunggu...
Hamdani Mulya
Hamdani Mulya Mohon Tunggu... Guru - Penulis dan Guru SMAN 1 Lhokseumawe, Provinsi Aceh

Menulis artikel Sastra, Linguistik, dan Esai "Menulis adalah mengukir sejarah dalam kenangan wajah zaman." (Hamdani Mullya)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menulis Berdakwah Melalui Media

2 November 2024   17:49 Diperbarui: 3 November 2024   08:42 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menulis Berdakwah Melalui Media

Oleh Hamdani Mulya 

Guru SMAN 1 Lhokseumawe dan Pegiat Literasi di Forum Penulis Aceh

            "Hai anakku, dirikanlah shalat, perintahkanlah yang makruf dan cegahlah dari yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)." (QS. Luqman : 17).

            Dalam ayat ini merupakan nasihat Luqman Al-Hakim kepada anaknya tentang pentingnya mendirikan shalat, memerintahkan yang makruf (kebaikan), dan mencegah yang mungkar (kemungkaran). Ia juga mengajarkan anaknya untuk bersabar dalam menghadapi cobaan dan kesulitan. Semua hal ini adalah kewajiban yang ditetapkan oleh Allah dan harus dilaksanakan oleh setiap muslim.
            Dalam surat Luqman, ayat 17 di atas Allah Swt memerintahkan  kepada hamba-Nya untuk menjalankan misi dakwah untuk saling menasihati dalam mengarungi kehidupan. Dakwah merupakan suatu pekerjaan mulia yang dilakukan oleh para dai atau penceramah.

Menurut Kusnawan, dkk (2009) secara etimologi, kata dakwah berasal dari bahasa Arab yaitu Da'a, Yad'u, Da'watan, yang berarti ajakan, seruan, undangan dan panggilan. Sedangkan secara istilah berarti menyeru untuk mengikuti sesuatu dengan cara dan tujuan tertentu.

Sedangkan menurut Bakhial Hauli dakwah adalah suatu proses menghidupkan peraturan-peraturan Islam dengan maksud memindahkan umat dari satu keadaan kepada keadaan lain.

Menurut Syekh Muhammad Al-Ghozali dalam bukunya Ma'allah mengatakan bahwa dakwah adalah program pelengkap yang meliputi semua pengetahuan yang dibutuhkan manusia, untuk memberikan penjelasan tentang tujuan hidup serta menyingkap rambu-rambu kehidupan agar mereka menjadi orang yang dapat membedakan mana yang boleh dijalani dan mana kawasan yang dilarang (Aziz, 2004).

Dalam bahasa yang sederhana dakwah dapat diartikan sebagai perbuatan yang mengajak manusia untuk berbuat kebajikan sesuai syiar ajaran Islam yang luhur dan meninggalkan keburukan yang bertentangan dengan nilai-nilai agama.

Banyak jalan yang dapat ditempuh oleh para pendakwah atau dai dalam mengemban risalah menyeru umat untuk senantiasa menjalankan perintah Allah Swt dan meninggalkan larangan-Nya. Sebagian besar para penceramah berdakwah di mimbar masjid, ada juga yang berdakwah di madrasah sebagai guru agama, para ulama berdakwah di pesantren sebagai guru pengajian, dan para sarjana muslim berdakwah sebagai dosen di perguruan tinggi atau universitas Islam. Model-model dakwah tersebut dilakukan oleh para cerdik pandai dan intelektual muslim dalam bentuk lisan yang berupa ceramah atau siraman rohani.

Dalam khazanah peradaban Islam banyak juga kalangan ulama dan cerdik pandai yang berdakwah melalui tulisan. Dakwah melalui tulisan dapat ditemukan dalam karya tulis berbentuk kitab dan buku. Menulis merupakan salah satu tradisi intelektual muslim yang sudah berkembang berabad-abad lamanya.

Menulis Tradisi Para Ulama dan Intelektual Muslim

Untuk melihat geliat literasi kaum muslimin dapat dibaca pada lembaran-lembaran sejarah masa lampau dalam buku-buku sejarah peradaban manusia. Hal itu dapat terlihat bahwa para ilmuan dan cerdik pandai Islam telah mengukir sejarah peradaban yang agung pada masa keemasan khazanah ilmu pengetahuan. Khazanah karya intelektual muslim Timur Tengah misalnya dapat dilihat dengan lahirnya buah karya para ulama sekaliber Imam Syafi'i seorang penulis muslim ternama yang karyanya sangat kaya dengan literatur khazanah Islam.

Abu Abdullah Muhammad bin Idris al-Syafi'i atau Muhammad bin Idris asy-Syafi'i yang akrab dipanggil Imam Syafi'i (Lahir : Ashkelon, Gaza, Palestina, 150 H/767 M - Wafat : Fusthat, Mesir 204 H/819 M) adalah seorang mufti besar Sunni Islam dan juga pendiri madzhab Syafi'i. Imam Syafi'i juga tergolong kerabat dari Rasulullah, ia termasuk dalam Bani Muthalib, yaitu keturunan dari al-Muththalib, saudara dari Hasyim, yang merupakan kakek Nabi Muhammad.

            Imam Syafi'i merupakan ulama besar yang digolongkan dalam tokoh literasi Islam sangat produktif pada masanya melahirkan ratusan judul kitab. Karya tulis hasil buah pena Imam Syafi'i yang paling terkenal diantaranya adalah Ar-Risalah.

Kitab "Ar-Risalah" merupakan karya pertama tentang ushul fiqh dan kitab "Al Umm" yang berisi madzhab fiqhnya yang baru. Imam Syafi'i adalah seorang mujtahid mutlak, imam fiqh, hadis, dan ushul. Ia mampu memadukan fiqh ahli Irak dan fiqh ahli Hijaz. Imam Ahmad berkata tentang Imam Syafi'i, "Beliau adalah orang yang paling faqih dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah."

Thasy Kubri mengatakan di Miftahus Sa'adah, "Ulama ahli fiqh, ushul, hadis, bahasa, nahwu, dan disiplin ilmu lainnya sepakat bahwa Syafi'i memiliki sifat amanah (dipercaya), memiliki kredibilitas agama dan moral, zuhud, wara', takwa, dermawan, tingkah lakunya yang baik, dan derajatnya yang tinggi."

Untuk khazanah peninggalan masa kegemilangan kejayaan intelektual nusantara diantaranya dapat dilihat dengan lahirnya karya ulama nusantara seperti kitab yang ditulis oleh Syeikh Abdurrauf as-Singkili atau Teungku Syiah Kuala seorang ulama besar dari Aceh, Syeikh Imam Nawawi Al-Bantani dari Banten, dan syeikh Muhammad Arsyad Al-Banjari dari Kalimantan Selatan.

Menulis dan Dakwah di Era Modern

Rasulullah Muhammad Saw memerintahkan umatnya untuk berdakwah dalam hadis berikut. Dari Anas bin Malik, Rasulullah Saw bersabda: "Sampaikanlah dariku walau satu ayat." (HR. Bukhari dan Muslim). 

Hadis ini menunjukkan bahwa Nabi Muhammad Saw sangat mengutamakan penyampaian ilmu kepada umatnya. Banyak ulama yang mengartikan hadis ini sebagai perintah untuk berdakwah dan menyebarkan ilmu pengetahuan.

Seiring perkembangan zaman yang serba modern yang dipengaruhi oleh teknologi informatika komputer di segala bidang. Para ulama dan penulis muslim juga mengikuti model dakwah yang lebih modern. Selain dakwah yang dilakukan melalui pengajian-pengajian di pesantren dan ceramah di mimbar-mimbar secara lisan. Aktivitas dakwah juga dapat dilakukan dengan menulis di berbagai media cetak seperti menulis di rubrik Mimbar Jum'at di surat kabar harian Waspada, menulis di kolom agama pada majalah, tabloid, jurnal, sangat teristimewa buku pelajaran agama juga merupakan produk unggulan media dakwah yang dilakukan dalam bentuk karya tulis.

Menulis di media merupakan tugas para sarjana dan intelektual dalam upaya berdakwah menyampaikan pesan-pesan agama. Karena media saat ini telah menjadi pusat perhatian semua kalangan. Selain berdakwah melalui buku dan surat kabar, bahkan media televisi, radio, link (laman) website, ebook, chanel youtube juga sudah digemari oleh generasi muda saat ini. Maka sudah sepatutnya media tersebut digunakan oleh pendakwah sebagai sarana. Seperti berdakwah di televisi oleh beberapa ustad dalam acara kuliah tujuh menit. Serta ustad kondang melakukan ceramah siaran langsung di chanel youtube yang disaksikan oleh ribuan penonton di seluruh penjuru dunia.

Para pelaku dakwah, sudah seharusnya memanfaatkan media baru beserta aplikasi-aplikasinya sebagai sarana dalam berdakwah. Berbagai media itu, bermanfaat untuk menanamkan nilai, ideologi, atau gagasan yang dipandang penting. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa Teknologi Informasi seperti televisi maupun internet sangat bermanfaat sebagai sarana dakwah yang memiliki jangkauan yang lebih luas dan dapat dengan mudah dapat diakses oleh masyarakat.

Menurut Atika Ayu Mahmuda (2022) Dakwah sendiri bisa dengan mudah dapat diterima oleh masyarakat jika memiliki sebuah inovasi dalam penyampaiannya, maka dari itu ustad milenial dituntut untuk bisa berinovasi dalam menyebarkan kajian dakwahnya kepada masyarakat, namun dengan perubahan zaman yang semakin berkembang dengan pesat mampu mengubah pola gaya dakwah yang tadinya terkesan hanya begitu-begitu saja kini mampu menarik banyak minat masyarakat untuk dapat menyaksikan dakwah.

Atika Ayu Mahmuda dalam penelitiannya memaparkan bahwa Ustad Hanan Attaki ialah salah satu dari banyaknya ustad yang berdakwah menggunakan media sosial dalam membantunya menyebarkan dakwah kepada masyarakat. Ustad Hanan Attaki terkenal dikalangan para kaum remaja dikarenakan kajian dakwahnya yang mengarah kepada permasalah anak muda, serta dalam berdakwah ia menggunakan bahasa yang ringkas, mudah dimengerti serta lemah lembut.

Tak hanya itu, Ustad Hanan Attaki pun memiliki penampilan yang menyerupai anak muda, tujuan ia menggunakan itu semua dalam berdakwah tak lain ialah ingin menarik minat anak muda untuk mendengarkan kajianya dan tetap berada di jalan Allah melalui kajian-kajian dakwah yang ia sampaikan pada media sosialnya. Ustad Hanan Attaki menggunakan media sosial seperti instagram dan youtube dengan tujuan tercapainya suatu dakwah kepada sasaran dakwahnya, terutama kaum remaja dan 89% followers Ustad Hanan Attaki ialah kaum remaja.

Saudara-saudara yang terhormat! Apakah Anda seorang penceramah, ustad, guru, dosen, insan pers, jurnalis, penulis buku, aktivis muslim, dan siapapun Anda sebagai seorang insan yang mencintai risalah dakwah. Ayolah menulis walau hanya satu kalimat yang mengandung nilai dakwah yang mengajak manusia ke arah yang diridhai oleh Allah Swt. Kalimat-kalimat bijak dan petuah-petuah penuh hikmah dapat Anda sampaikan dalam karya tulis yang bermanfaat bagi pembaca.

"Menulislah walau hanya beberapa kalimat yang mengandung dakwah, hikmah dan petuah, yang menjadi madu bagi pembaca, yang akan diteguk di surga nantinya. Janganlah engkau menulis kalimat panjang lebar, yang menjadi racun bagi pembaca, racun yang akan engkau teguk di neraka nantinya." Selamat membaca dan menulis, karena membaca dan menulis merupakan tradisi intelektual muslim.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun