Mohon tunggu...
hamdani kurniawan
hamdani kurniawan Mohon Tunggu... Freelancer - aku adalah manusia

jejak pikiran

Selanjutnya

Tutup

Politik

Perkembangan Paham Liberalisme di Dunia

0
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Negara adalah sebuah benda buruk yang diperlukan. Ia diperlukan karena, paling tidak, ia menciptakan tatanan dan keamanan dan memastikan bahwa kontrak-kontrak dilaksanakan. Akan tetapi, ia bersifat buruk karena ia memaksanakan sebuah kehendak bersama pada masyarakat. Karenanya membatasi kebebasan dan kemerdekaan dari individu. Cita-cita liberalisme klasik karenanya adalah pembentukan sebuah negara minimal atau penjaga malam, dengan sebuah peran yang dibatasi pada perlindungan terhadap warga dari gangguan warga yang lain.  Dalam bentuk liberalisme ekonomi, keadaan ini didukung oleh sebuah keyakinan mendalam terhadap mekanisme pasar bebas dan keyakinan bahwa ekonomi bekerja paling baik ketika lepas dari campur tangan pemerintah. Kapitalisme karenanya dipandang menjamin kemakmuran, menegakkan kemerdekaan individu dan , karena ini memungkinkan individu-individu bangkit dan jatuh menurut usaha mereka, menjamin keadilan sosial.

Yang kedua adalah liberalisme modern. Liberalisme modern dicirkan oleh sikap yang lebih simpati terhadap intervensi negara. Di Amerika Serikat, istilah Liberal digunakan untuk mengimplikasikan dukungan bagi pemerintahan besar daripada pemerintahan minimal. Pergeseran ini muncul dari kesadaran bahwa kapitalisme industri hanyal memunculkan bentuk-bentuk ketidakadilan baru dan menjadikan masyrakat tunduk pada tingkah dari pasar. Dipengaruhi oleh J.S Mill , mereka yang disebut kelompok liberal baru mendukung sebuah pandangan yang lebih luas dan positif tentang kebebasan. Dari perspektif ini, kebebasan tidak berarti dibiarkan sendiri, yang dapat berarti tidak lebih daripada kebebasan untuk mati kelaparan. Sebaliknya, ia berkaitan dengan perkembangan personal dan perkembangan individual: yaitu kemampuan dari individu untuk memperoleh pemenuhan dan mencapai realisasi diri.

Pandangan ini menyediakan landasan bagi liberalisme sosial atau kesejahteraan. Hal ini dicirkan oleh kesadaran bahwa intervensi negara, terutama dalam bentuk kesejahteraan sosial dapat memperbesar kemerdekaan dengan melindungi individu dari kejahatan sosial yang sangat menganggu eksistensi individual. Kejahatan-kejahatan ini diindentifikasi di inggris oleh beveridge 1942 sebagai lima raksasa: kekurangan, kebodohan, kemalasan, kemelaratan dan penyakit. Begita pula, paraliberal modern meninggalkan keyakinan mereka terhadap Laiserz- faire  sebagian besar sebagai hasil dari pandangan dari pandangan dari J.M Keynes bahwa pertumbuhan dan kemakmuran hanya dapat dipelihara melalui sebuah sistem kapitalisme yang dikelola dan diatur dimana tanggung jawab ekonomi penting diletakkan di tangan negara. Akan tetapi, dukungan liberal modern terhadap kesejahteraan bersama dan intervensi pemerintah selalu bersifat kondisional. Perhatian mereka adalah terhadap masyarakat yang lemah dan rentan, yaitu mereka yang secara harfiah tidak mampu membantu diri mereka sendiri. Tujuan mereka adalah untuk membangkitkan individu-individu hingga titik di mana mereka mampu, sekali lagi, untuk mengambil tanggung jawab bagi keadaan mereka sendiri dan membuat pilihan moral mereka sendiri. Usaha modern yang paling berpengaruh untuk merekonsiliasi prinsip-prinsip liberalisme dengan politik kesejahteraan dan redistribusi.

Kemerdekaan dan kebebasan tanpa batas

Dalam pengertian yang paling sederhana, kebebasan berarti boleh melakukan apa yang dikehendaki atau bertindak sesuka hati. Dalam bahasa sehari-hari, misalnya bebas menunjukkan tidak adanya hambatan atau rintangan atau pembatasan , seperti dalam kebebasan berbicara, yaitu kemampuan yang tak terbatas untuk mengatakan apapun yang orang suka. Tetapi hanya sedikit orang yang siap untuk mendukung dihapuskannya semua pembatasan atau hambatan individu. Seperti dikatakan R.H Tawney kebebasan sebilah tombak adalah kematian bagi ikan-ikan. Hanya para anarkis, yang menolak semua bentuk otoritas politik sebagai sesuatu yang tak perlu dan tak diinginkan sahalah yang siap menerima dan mendukung kebebasan yang tak terbatas. Golongan yang lain bersikukuh pada perbedaan di antara kedua jenis tindakan yang dikehendaki oleh diri sendiri, antara kemerdekaan dan kemerdekaan tanpa batas. Meski demikian pembedaan tersebut bisa menimnulkan kebingungan. Misalnya , hal ini berarti bahwa hanya tindakan-tindakan yang benar dan tepat secara moral sajalah yang bisa disebut kebebasan atau kemerdekaan. Tetapi, karena banyak teorisi politik menggunakan pemahaman yang bebas nilai atau sosial ilmiah tentang isitilah-isitlah semacam itu, mreka sangat siap untuk menerima bahwa kebebasan-kebebasan tertentu seperti kebebasan untuk membunuh harus dicegah. Dalam pengertian itu, pembedaan kemerdekaan/kebebasan tanpa batas hanya mengedepankan pertantaan : kebebasan-kebebasan mana saja yang hendak kita setujui, dan manakan yang kita benarkan untuk dibatasi.

Kebebasan tanpa batas berarti penyalahgunaan kebebasan; ini adalah titik di mana kebebasan sudah menjadi berlebihan. Jika kemerdekaan biasanya dipandang sebagai sesuatu yang menyeluruh, diinginkan dan mencerahkan secara moral, kebebasan tanpa batas bersifat opresif, layak ditolak,  dan merusak moral. Tetapi kontrovensi ideologis mendalam tentang di titik mana kemerdekaan menjadi kebebasan tanpa batas.kalangan libertarian, misalnya, berusaha untuk memaksimalkan lingkup kebebasan individu sehingga mereduksi ke titi minimum tindakan-tindakan yang dianggap sebagai kebebasan tanpa batas. Kendati kalangan sosialis maupun liberal terkadang tertarik pada libertarianisme, sejak akhir abad kedua puluh libertanisme sudah semakin dikaitkan dengan upaya pasar-bebas. Para libertarian sayap-kanan seperti robert nozick dan milton friedman memandang kebebasan dalam pengertian yang pada dasarnya ekonomis dan pasar. Kemampuan seseorang atasan untuk menentukan tingkat upah buruh, mengubah kondisi dan syarat-syarat kerja , dan memutuskan untuk memperkerjakan atau tidak memperkerjakan seseorang, sehingga kerap menggap perilaku semacam itu sebagai kebebasan tanpa batas, dengan alasan bahwa kebebasan seorang majikan bisa berarti tak lebih dari kesengsaraan dan penindasan nterhadap buruhnya. Sosialis fundamentalisme bahkan bisa memandang semua bentuk hak milik pribadi sebagai kebebasan tanpa batas, karena pasti mengarah kepada eksploitasi kaum miskin atau kaum yang tidak memiliki tanah atau hak milik pribadi lainnya. Landasan-landasan etis yang jelas dengan demikian harus ditegakan guna membedakan antara apa yang bisa dianggap sebagai kemerdekaan dan apa yang harus dianggap sebagai kebebasan yang tak terberas.

Dalam menentukan lingkup kemerdekaan yang diinginkan adalah adanya sejumlah alasan yang membingungkan untuk dapat menegakkan kebebasan. Pada kebanyakan pemikir politik liberal, kebebasan terkait erat sangat erat dengan pandangan tentang hak-hak.  Seperti sudah ditunjukkan sebelumnya, hal ini terjadi karena kecendrungannya adalah memperlakukan kebebasan sebagai hak atau penjatahan. Bahkan, kedua konsep ini menjadi hampir bercampur aduk, karena ketika hak-hak digambarkan sebagai kebebasan -- kebebasan salah satu daya tarik dari teori tentang kebebasan yang didasari oleh hak asasi atau hak-hak sipil adalah bahwa teori ini memungkinkan dilakukan pembedaan yang jelas antara kebebasan dan kebebasan tanpa batas. Pendeknya, kebebasan berarti bertindak sesuai dengan atau di dalam lingkup hak-hak seseorang ataum lebih tepatnya, menyalahgunakan hak-hak seseorang terhadap orang lain.

Untuk membedakan antara kemerdekaan dan kemerdekaan tanpa batas dikemukakan oleh Jhon Stuart Mill sebagai seorang libertarian yang percaya bahwa kebebasan individu adalah dasar dari pengembangan moral diri setiap manusia, mill mengusulkan agar individu menikmati kemerdekaan yang seluas-luasnya.  tetapi bahwa kemerdekaan yang tak dibatasi bisa menjadi opresif bahkan tiranis. Mill mengemukakan pembedaan antara tindakan-tindakan yang berkenaan dengan diri sendiri dan tindakan-tindakan yang berkenaan dengan orang lain dengan menyatakan bahwa : setiap individu harus memiliki kedaulatan atas dirinya sendiri dan kehidupannya. Satu-satunya pembenar untuk membatasi kemerdekaan individu adalah dalam hal bahaya yang mungkin dilakukan terhadap orang lain. Akibatnya prinsip bahaya mengindikasi satu titik di mana kebebasan menjadi kebablasan hingga ke titik dimana kemerdekaan menjadi kemerdekaan tanpa batas.

DAFTAR PUSTAKA

Marcus E Ethridge, Howard Handelman.2016. PolitikDalam Dunia Yang Berubah. Nusa Media. Bandung

Andre Heywood,.2015. Politic. Pustaka Pelajar. Yogjakarta

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun