Putus asa,Â
merasa tak berarti,Â
hilang, tak bermakna hidupku,
menjadi penonton di panggung sendiri,
ya, sebatas penonton, tanpa kontribusi.
Jiwa memberontak, tidak nyaman dengan ke-pasif-an.
Dia bertanya, tidakkah kau bosan menonton?
 Kapan Kau mengambil peranmu?
Aku terdiam dalam keheningan,Â
sepi..., sunyi...Â
Tak ada jawaban, selain suara lirih dan sayupÂ
"Ku tak mampu menjawab".
Bingung, gundah, sedih, hingga sampai "benci diri", mencela dan menolak, itu sudah pasti.
Ku bertanya Pada Heidegger,
Apakah Aku ada?
Dia menjawab
Mungkinkah Kau bertanya, Jika kau Tidak Ada?
Tapi mengapa ku tak berarti, tak bermakna, hanya sebatas penonton?
Heidegger terdiam, kembali berpikir....
Mulla Shadra, ya, ku berlari padanya, dan bertanya
"Apakah Aku Ada?"
Dia menjawab "Tanpa ada, tak ada apa-apa, apalagi sampai bertanya".
Tapi mengapa aku tak berarti, tak bermakna, hanya sebatas penonton di panggung sendiri?
Shadra terdiam, berpikir....
Benar, kau ada, tapi adamu masih samar, hingga kau tak melihat dirimu.
"Nak, Kau perlu meningkatkan aksimu, untuk memperjelas keberadaanmu"
"Nak, adamu tergantung perbuatanmu..."
Itulah yang ku sebut Tajassumul a'mal...
Adamu adalah dari apa yang kau perbuat...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H