Tuan Guru selalu turun dalam kehidupan masyarakat, membimbing dan mengayomi masyarakat, membangun madrasah-madrasah hingga ke daerah-daerah pelosok NTB. Saking akrabnya dengan masyarakat, ketika pemilihan gubernur tahun 2008, sebagian masyarakat NTB sedikit ragu untuk memilih dengan alasan kalau TGB menjadi gubernur, berarti dia akan jarang bertemu dengan masyarakat. Setelah diberi penjelasan, akhirnya masyarakat memilihnya. Akhirnya TGB menang telak dengan memperoleh suara terbanyak selama dua periode.
Pembangunan pun berjalan lancar. Bandara, bendungan atau waduk, pasar, jalan, ekonomi, pendidikan, pertanian, dan aspek-aspek lainnya. Itu semua berhasil karena kedekatannya dengan masyarakat. Beliau selalu menghimbau masyarakat untuk membangun daerah bersama-sama, menjadi daerah yang mandiri dan berdikari. Seingat saya, dalam Hultah NWDI ke-77 tahun 2013 lalu, diawal-awal penyampaiannya ia menyatakan bahwa kalau engkau mau maju maka dengan kakimu, bukan dengan menitip pada orang lain, bukan digendong, tapi bergerak.
Tentang Ilmu
Semangat yang masih menggaung dalam benak penulis selama nyantri di PONPES Nahdhatul Wathan (NW) adalah “Selama itu baik, untuk kehidupan manusia, maka jalani, lakukan dan jangan pernah mundur, lakukan dengan sungguh-sungguh, jangan setengah-setangah”. Ya, itulah semangat yang ditanamkan dalam jiwa para santri beliau.
Bagi penerima Bintang Maha Putra Utama ini, setiap ilmu yang membawa kemaslahatan bagi kehidupan adalah bagian dari ilmu-ilmu keislaman (‘ulum islamiyah). Ia menyatakan dalam HULTAH NWDI ke-77 bahwa semua ilmu yang bermanfaat yang memudahkan kita untuk berbuat baik adalah termasuk ‘ulum islamiyah yang mencakup Ilmu Tafsir, Hadits, Fisika, Kimia dan ilmu-ilmu lainnya yang memberikan manfaat bagi kehidupan manusia. Pernyataan tersebut berhasil mengubah paradigma penulis terkait dengan ilmu-ilmu agama yang hanya sebatas Ilmu Tafsir dan Hadits semata.
Kisah Studi di Mesir
Ketika hari-hari terakhir penulis nyantri di Ponpes NW, 2013 yang lalu, Dr. M. Said Ghazali, masyaikh kami di Ma’had Darul Quran wal Hadits, yang juga teman TGB sewaktu kuliah di Mesir sharing pengalaman studi, bahwa tidak mudah meraih S2 di Mesir, ungkap Ghazali. Kemudian ia menceritakan tentang Zainul Majdi. Saat TGB mengambil Magister di Al-Azhar jurusan Tafsir Al-Qur’an, pada tahun pertama, jumlah mahasiswa yang lulus 40 orang. Setiap kali kenaikan tingkat diadakan semester, dan hanya yang nilainya bagus saja yang bisa lulus. Ternyata pada tahun kedua tidak ada yang lulus, kecuali hanya seorang, yaitu TGB. Akhirnya hingga selesai S2, beliau hanya belajar empat mata dengan para dosennya, karena hanya TGB seorang yang tersisa di kelas itu. Hingga gelar doktor ilmu tafsir pun berhasil diraihnya. Itulah tokoh inspiratif saya teman-teman. Semoga terinspirasi menjadi orang baik dan berprestasi seperti TGB.
Bahan bacaan:
1. Video dokumentasi sidang disertasi doktoral Zainul Majdi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H