Happy ending. McCall menemukan kota yang mencintai keberadaan dirinya. End of the story, Denzel mengakhiri peran McCall dengan manis di "The Equalizer 3".
Kehilangan nuansa literasi
Terus terang, saya merasa kehilangan nuansa literasi di sekuel terakhir ini. Saga "The Equalizer" ini sejak film pertama sampai kedua sangat lekat dengan kebiasaan McCall dalam membaca buku. Sayangnya, di film ketiga ini, tidak terlihat McCall membaca.
Kalau pun ada sedikit unsur literasi, itu terlihat saat McCall menaruh dan mengambil jam tangannya di laci meja kecil di samping tempat tidur. Di dalam laci itu, ada buku tebal berwarna gelap dengan simbol salib di tengah buku tersebut.Â
Asumsi saya, itu adalah Alkitab dan McCall mungkin rajin membaca kitab suci agama Katolik dan Kristen tersebut sebelum tidur.
Unsur literasi ada, meskipun tidak senyata di film-film sebelumnya.
Superhero juga manusia
Mungkin yang tampak nyata dari film-film Amerika dibandingkan dengan film-film Indonesia adalah superhero juga manusia. Tidak anti peluru. Terdiri dari darah dan daging.
Saya teringat dengan salah satu film Indonesia (saya lupa judulnya) yang mengisahkan seorang gadis yang luar biasa keterampilan ilmu bela dirinya. Saya lupa secara persis garis besar dari film tersebut, tapi yang membuat saya heran adalah saat gadis tersebut bertarung.
Entah mata saya yang kurang awas atau memang benar adanya, saya melihat keganjilan dimana sang gadis terlihat perkasa sekali dalam berkelahi. Meskipun terkena berbagai pukulan dan tendangan dari segerombolan lawan, dia tetap perkasa.Â
Tapi yang saya herankan lebih lagi; saat benda-benda tajam seperti pisau, celurit, parang, atau yang sebangsanya, menyasar tubuh sang gadis, sang gadis dengan gampangnya mengelak, sehingga tubuhnya tetap tak tersentuh ketajaman benda-benda runcing tersebut. Tapi sewaktu bogem mentah atau tendangan geledek yang datang, dia tidak bisa menghindar dengan mudah.
Benjol-benjol karena bogem mentah, tapi hanya sedikit luka karena sayatan benda tajam. Aneh sekali!
McCall, setelah dua film sebelumnya begitu perkasa dan sakti mandraguna, di sekuel kali ini, dia harus menerima kenyataan pahit yang mungkin mengusik nuraninya, yaitu terkapar tak berdaya, ditolong oleh orang-orang yang tak mengenalnya tanpa mengharap imbalan apa pun atas dasar kemanusiaan, dan dia harus kembali melatih tubuh menjadi kuat seperti sebelumnya.