Dan yang lebih herannya, di balik kegagahan McCall, ternyata dia harus "membumi" juga. Ketika pada film pertama dan kedua, McCall terkesan untouchables, tak tersentuh, hanya luka lecet biasa; namun kali ini, sang sutradara beserta penulis skenario menempatkan sang jagoan dalam situasi tak berdaya pada awal cerita.
Meskipun tampilan permulaan film, McCall sangat perkasa dan digdaya, namun dia kecolongan "peluru nyasar" dari seorang remaja tanggung, yang mungkin anak dari sang penjahat. McCall kali ini kena batunya.
Terluka di punggung belakang, McCall tak berdaya. Seorang diri dan seakan habislah nyawa sang jagoan yang seperti tanpa tanding di seri-seri sebelumnya.
Sepertinya McCall akan dikenang sebagai pecundang karena dikalahkan oleh seorang remaja yang tidak dia perhitungkan.
Tapi disinilah letak kemanusiaan seorang McCall. Karena dia cuma manusia biasa. Bisa salah, bisa terluka, dan bisa mati, kalau tidak dibantu oleh sesama.
Sang mantan perwira Badan Intelijen Pertahanan yang mempunyai data informasi yang "bersih" di dunia maya tersebut terbujur lemah di mobil di suatu area terpencil. Beruntung, ada seorang polisi dan dokter yang menolongnya sehingga nyawanya selamat.
Hari-hari dengan tongkat. Begitulah McCall mengisi kesehariannya di kota kecil yang bernama Altamonte. Awalnya, dia merasa asing dengan kondisi kota yang asing ini, namun lambat laun, dia merasakan kehangatan dan keramahan dari penduduk setempat.
Ada rasa cinta di kota tersebut yang dia rasakan. Betah. Itulah yang menjadi rasa selanjutnya yang melekat di hati McCall.
Sayangnya, kedamaian tersebut tidak bisa sepenuhnya diraih, karena ada "kanker" yang mengganggu tercapainya kedamaian tersebut. Mafia narkoba menguasai seluruh sendi kehidupan di kota itu. Meneror penduduk, mengambil pungutan liar dengan paksa, menggunakan kekerasan demi keuntungan pribadi mafia, dan lain sebagainya.
Dan seperti biasa, McCall tidak bisa tinggal diam melihat ketidakadilan terjadi di depan matanya.Â
Akhir cerita? Kembali McCall berjaya dengan elegan dan seperti biasa, tidak ada saksi dalam peristiwa saat McCall memperlihatkan kepiawaiannya dalam "menyelesaikan" satu demi satu musuhnya.