Beberapa waktu yang lalu, saya menonton sebuah podcast dari YouTube. Akun YouTube ini membahas seputar bisnis dan dunia usaha. Secara pribadi, saya sangat terbantu sekali dengan konten-konten dari akun tersebut, meskipun tidak semua konten saya tonton dan tidak semua konten saya sukai.
Saya tidak meng-endorse akun YouTube tersebut, jadi saya tidak menautkan tautan akunnya di mari.
Dari berbagai konten di akun tersebut, ada salah satu konten yang "menggelitik" benak saya. Topik pada konten tersebut adalah tentang minat baca di negeri +62 dibandingkan negara-negara lain.
Sempat menyinggung tentang berapa banyak buku yang warga negara Singapura dan Jepang baca dalam setahun.
Pertanyaan berikut: Bagaimana dengan Indonesia?
Nah, ini yang memprihatinkan.Â
Tidak perlu melihat data Biro Pusat Statistik (BPS) untuk mengetahui banyaknya jumlah buku yang kebanyakan warga negara +62 baca. Cukup menanyakan pertanyaan sederhana, yaitu "Apa buku terakhir yang Anda baca?"
Bisa dipastikan, kebanyakan warga pasti tidak bisa mengingat judul buku terakhir yang mereka sudah baca sampai tuntas.Â
Catat ya: Sudah mereka baca sampai tuntas, dari cover depan sampai sampul belakang.
Tidak mengherankan sebenarnya. Fakta di keseharian menunjukkan bahwa kebanyakan insan di negara ini lebih suka berkutat dengan gawai dan bermain gim daring atau menonton video on-demand dibanding membaca buku.
Membaca e-book di gawai? Seriously? Saya ragukan itu.